Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin Genjot Ekspor Daerah dengan Akses Pembiayaan

Kompas.com - 21/08/2013, 14:31 WIB
Stefanus Osa Triyatna

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Lonjakan defisit neraca perdagangan Indonesia yang tinggi mulai mengkhawatirkan imbasnya terhadap perekonomian nasional. Di kuartal pertama saja,  defisit perdagangan telah mencapai 3,3 miliar dollar AS dan diperkirakan totalnya akan mencapai 6 miliar dollar AS di tahun 2013.

Defisit itu dipicu oleh importasi migas dan bahan baku penolong untuk industri yang masih tinggi, disamping nilai komoditas ekspor nasional yang rendah. Atas permasalahan ini, kalangan dunia usaha berharap defisit neraca perdagangan itu bisa segera ditekan.  

“Akhir-akhir lalu Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan, sekarang defisit neraca perdagangan juga. Permasalahan ini harus segera diatasi sebelum dampak negatifnya merambah lebih jauh terhadap perekonomian nasional,” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P. Roeslani di Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Menurut Rosan, pemerintah harus bisa mengontrol importasi minyak dan gas serta bahan baku penolong industri yang masih tinggi. Selain itu, nilai komoditas ekspor nasional yang masih rendah harus lebih ditingkatkan melalui industri pengolahan bernilai tambah.

“Potensi-potensi ekspor daerah masih belum banyak diangkat. Padahal, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas komoditas unggulan ekspornya. Dari daerah ini diharapkan bisa memperkuat pertambahan nilai ekspor nasional,” kata Rosan.

Rosan menilai, transaksi ekspor dengan pelemahan rupiah hingga mencapai niai di atas Rp 10.000 per dollar AS seharusnya bisa menjadi momentum bagi para eksportir untuk lebih meningkatkan kegiatan ekspornya di tengah fenomena defisit neraca perdagangan.

“Meski memang seharusnya nilai rupiah itu seharusnya mencapai titik yang baik dan ideal bagi stabilitas perekonomian nasional,” sebutnya.

Lebih jauh Rosan mengatakan, daya saing dari segala aspek industri tak terkecuali bagi usaha kecil menengah seharusnya bisa menjadi prioritas khusus. “Daya saing kita lemah, sementara pasar bebas sudah tak terhindarkan. Sekarang tinggal bagaimana agar pelaku usaha kita berdaya saing dan siap menghadapi pasar bebas sehingga produknya bisa diterima tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga luar negeri,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com