Desakan kepada pemerintah muncul dalam curah pendapat pengusaha, eksekutif perbankan, dan ekonom yang berlangsung di Redaksi Kompasdi Jakarta, Rabu (21/8/2013). Curah pendapat ini berkenaan dengan terus merosotnya nilai rupiah dan indeks saham di Bursa Efek Indonesia.
Dari dunia usaha, hadir Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo B Sulisto, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Chris Kanter, Arifin Panigoro, Peter F Gontha, dan Erwin Aksa. Turut hadir Direktur Utama BNI Gatot Mudiantoro Suwondo, Chief Country Officer Citibank Indonesia Tigor M Siahaan, dan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini.
Kurs rupiah kemarin masih melorot dalam. Dari kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah turun 219 poin (2,08 persen) ke level Rp 10.723 per dollar AS dari posisi sebelumnya Rp 10.504 per dollar AS. Di pasar spot, rupiah terdepresiasi 52 poin (0,48 persen) ke level 10.775 per dollar AS. Pada bulan ini, nilai rupiah turun 5,8 persen dan secara tahunan anjlok 12,8 persen.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 43,47 poin (1,04 persen) ke level 4.218,45. Jumlah transaksi sebanyak 14,4 juta lot atau setara dengan Rp 6,8 triliun.
”Gejolak saat ini lebih banyak masalah psikologis yang tidak rasional lagi. Kami minta media turut menenangkan pasar,” kata Sofjan.
Menurut Sofjan, pemerintah harus memberikan sinyal merespons dampak krisis dengan mengencangkan ikat pinggang yang tecermin pada postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014. BI juga perlu menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi.
Suryo menilai pemerintah terlalu menganggap enteng gelombang krisis dengan tetap mematok pertumbuhan ekonomi 6,4 persen. Ini memberi sinyal yang salah kepada pasar. Pemerintah seharusnya memberikan sinyal pengetatan ikat pinggang.
”Saat ini dibutuhkan penguatan kepemimpinan ekonomi. Defisit perdagangan saat ini sudah lampu kuning yang harus diatasi,” kata Suryo. Defisit perdagangan pada semester I-2013 mencapai 3,3 miliar dollar AS, dua kali dari defisit perdagangan sepanjang tahun 2012.
Tigor mengakui, likuiditas perbankan sempat tipis beberapa waktu lalu. Namun, tidak ada masalah dengan kondisi perbankan saat ini.
”Kondisi saat ini lebih dilihat sebagai pelambatan pertumbuhan yang halus atau perlahan untuk Indonesia,” kata Tigor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.