Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah dan IHSG Merosot, Dunia Usaha Minta Pemerintah Cepat Bertindak

Kompas.com - 22/08/2013, 07:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalangan pelaku bisnis dan ekonom meminta pemerintah lebih tegas dan cepat menyiapkan strategi keluar dari krisis, menyampaikan sinyal positif yang membangun kepercayaan pasar, dan menjalankan kebijakan yang akuntabel. Pemerintah akan memutuskan hal itu pada Jumat.

Desakan kepada pemerintah muncul dalam curah pendapat pengusaha, eksekutif perbankan, dan ekonom yang berlangsung di Redaksi Kompasdi Jakarta, Rabu (21/8/2013). Curah pendapat ini berkenaan dengan terus merosotnya nilai rupiah dan indeks saham di Bursa Efek Indonesia.

Dari dunia usaha, hadir Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo B Sulisto, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Chris Kanter, Arifin Panigoro, Peter F Gontha, dan Erwin Aksa. Turut hadir Direktur Utama BNI Gatot Mudiantoro Suwondo, Chief Country Officer Citibank Indonesia Tigor M Siahaan, dan ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini.

Kurs rupiah kemarin masih melorot dalam. Dari kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah turun 219 poin (2,08 persen) ke level Rp 10.723 per dollar AS dari posisi sebelumnya Rp 10.504 per dollar AS. Di pasar spot, rupiah terdepresiasi 52 poin (0,48 persen) ke level 10.775 per dollar AS. Pada bulan ini, nilai rupiah turun 5,8 persen dan secara tahunan anjlok 12,8 persen.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 43,47 poin (1,04 persen) ke level 4.218,45. Jumlah transaksi sebanyak 14,4 juta lot atau setara dengan Rp 6,8 triliun.

”Gejolak saat ini lebih banyak masalah psikologis yang tidak rasional lagi. Kami minta media turut menenangkan pasar,” kata Sofjan.

Menurut Sofjan, pemerintah harus memberikan sinyal merespons dampak krisis dengan mengencangkan ikat pinggang yang tecermin pada postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014. BI juga perlu menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi.

Suryo menilai pemerintah terlalu menganggap enteng gelombang krisis dengan tetap mematok pertumbuhan ekonomi 6,4 persen. Ini memberi sinyal yang salah kepada pasar. Pemerintah seharusnya memberikan sinyal pengetatan ikat pinggang.

”Saat ini dibutuhkan penguatan kepemimpinan ekonomi. Defisit perdagangan saat ini sudah lampu kuning yang harus diatasi,” kata Suryo. Defisit perdagangan pada semester I-2013 mencapai 3,3 miliar dollar AS, dua kali dari defisit perdagangan sepanjang tahun 2012.

Tigor mengakui, likuiditas perbankan sempat tipis beberapa waktu lalu. Namun, tidak ada masalah dengan kondisi perbankan saat ini.

”Kondisi saat ini lebih dilihat sebagai pelambatan pertumbuhan yang halus atau perlahan untuk Indonesia,” kata Tigor.

Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi 5,7-5,8 persen masih cukup bagi Indonesia. Namun, situasi akan berubah apabila penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi secara terus-menerus.

”Harus diakui, investasi di Indonesia nantinya tidak akan besar-besaran. Perbankan akan lebih berhati-hati mengucurkan kredit,” ujar Tigor.

Mengenai kondisi dollar AS, Gatot dan Tigor sependapat, tak ada spekulasi di pasar keuangan. Yang terjadi, kebutuhan dollar AS tetap tinggi. Namun, pasokan di pasar terbatas. Pemilik dollar AS pun tidak banyak yang melepas ke pasar. Akibatnya, dollar AS menjadi mahal.

”Pasar berharap ada pernyataan dari pemerintah sebagai sinyal ke pasar. Agar pasar tahu bahwa pemerintah melakukan sesuatu,” lanjut Tigor.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com