Proyek yang makin banyak menuntut kebutuhan cat yang tinggi. Bahkan, sering perusahaan besar memberi proyek mendadak dengan proses pengerjaan yang cepat. “Padahal, untuk cat-cat warna khusus, tak bisa diperoleh dalam waktu dua minggu,” jelas James.
Tentu saja, Proteksindo tak mau kehilangan proyek tersebut. “Biasanya, harga berapa pun mereka mau, kalau kondisinya seperti itu,” kata James. Membeli cat oplos di luar tampaknya tak mungkin, karena pertimbangan kualitas.
Melihat kondisi itu, James pun memutuskan untuk membuat cat sendiri. Sebagai kontraktor cat, ia sudah paham kualitas cat seperti apa yang sesuai dengan kondisi iklim dan cuaca di Indonesia, yang memiliki tingkat kelembapan tinggi.
Lantas, James melakukan banyak uji coba untuk membuat formula cat. Beruntung, teman-teman lamanya, yang juga berkecimpung di industri cat, siap membantu.
Pada 2010, James mendirikan pabrik cat Fanos Asia di Kawasan Industri Jababeka II. James juga mengakuisisi tenaga ahli dan teknologi perusahaan cat asing yang ditutup. Hasilnya, Fanos Asia mampu membuat cat dengan teknologi terbaru. “Seperti cat berbahan dasar air atau waterbased,” ujar dia.
Kini, pabrik itu, menghasilkan 25 ton cat setiap bulan. Selain untuk kebutuhan sendiri dan kontraktor cat lain, Fanos Asia mulai merambah pasar ritel. Tak hanya cat lantai, James yang memiliki 250 karyawan juga mengembangkan cat dekoratif dan cat protektif. (J. Ani Kristanti, Melati Amaya Dori)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.