Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Nikmati Harga Kedelai

Kompas.com - 02/09/2013, 10:44 WIB

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Petani kedelai di sejumlah daerah menikmati harga kedelai lokal yang tinggi. Mereka bisa menjual produksi kedelai dengan harga Rp 7.000 per kilogram atau naik Rp 2.000-Rp 3.000 dari harga sebelumnya. Hal ini terjadi setelah harga kedelai impor naik menjadi Rp 9.000.

Soemitro (40), petani kedelai di Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (1/9/2013), mengaku senang dengan harga kedelai yang tinggi. Sebab, selama bertahun-tahun menanam kedelai, baru dua kali harga kedelai mencapai Rp 6.000-7.000 per kg, yakni tahun lalu dan saat ini.

Petani, kata Soemitro, juga diuntungkan dengan panen kedelai yang melimpah. Tahun ini, tanaman kedelai terbebas dari hama dan kerusakan tanaman lainnya. ”Kondisi kering, tak ada hama ulat. Jadi, 1 hektar bisa mencapai 1,6 ton,” katanya.

Petani lainnya, Suheri (33), juga merasakan hal yang sama. Menurut Suheri, ia bisa meraup untung hingga Rp 10 juta per hektar karena harga kedelai melambung menjadi Rp 7.000 per kg. Ia hanya mengeluarkan modal tanam sekitar Rp 2 juta.

Suyitno, Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia di Banyuwangi, mengatakan, mahalnya harga kedelai impor menjadi berkah bagi petani lokal karena harga kedelai lokal terdongkrak. Sayangnya, kini tak banyak lagi petani yang menanam kedelai. Sebagian lahan sudah beralih menjadi kebun jeruk dan buah naga karena harga kedelai lokal tak pernah stabil.

”Banyuwangi menjadi sentra penghasil kedelai di Jatim. Sayangnya, kini hanya ada sekitar 20.000 hektar lahan kedelai. Padahal, dulu ada lebih dari 30.000 hektar. Daerah yang sebenarnya cocok untuk tanaman kedelai, seperti daerah tengah Banyuwangi, kini sudah menjadi kebun jeruk dan buah naga,” kata Suyitno.

Suyitno berharap harga kedelai akan terus stabil tinggi agar minat petani menanam kedelai kian tinggi. Ia juga berharap impor kedelai dihapus secara perlahan. Sebab, jika terus mengandalkan impor, petani tidak akan tertarik menanam kedelai.

Menurut Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Achmad Nurfalakhi, saat ini, beberapa sentra kedelai di Jatim, seperti Banyuwangi dan Jember, memasuki musim panen. Meski produksi kedelai lokal 450.000 ton per tahun, belum mampu memenuhi kebutuhan warga Jatim sekitar 540.000 ton.

Kualitas kedelai lokal melebihi impor, termasuk dari segi rasa. Namun, pelaku usaha berbahan baku kedelai cenderung menggunakan produk impor karena lebih mudah diolah. Di Jatim, areal kedelai yang siap panen sekitar 393.000 hektar.
Mengandalkan impor

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, di Jakarta, akhir pekan lalu, mengemukakan, saat ini, produksi kedelai dalam negeri hanya mencukupi 25-30 persen dari total kebutuhan kedelai nasional. Sebanyak 75 persen kebutuhan kedelai mengandalkan impor, terutama dari Amerika Serikat.

Kebutuhan impor kedelai sampai akhir tahun diperkirakan 400.000-500.000 ton. Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional 2,5 juta-2,7 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 700.000-800.000 ton.

”Stok dalam negeri sampai akhir tahun tidak akan cukup. Kementerian Perdagangan diharapkan bisa segera memberi izin kepada Bulog untuk mengimpor kedelai,” ujar Rusman.

Sementara itu, menurut Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Muhamad Ali, prospek pertanian tanaman kedelai di Indonesia masih menjanjikan. Hal itu terlihat dari kredit untuk pertanian kedelai dari BRI.

Ali mengatakan, total kredit untuk pertanian kedelai per Juni 2013 sebesar Rp 221,962 miliar untuk 2.301 debitor. Kredit untuk pertanian kedelai ini sekitar 0,1 persen dari total kredit yang dikucurkan BRI.

”Jumlah kredit tumbuh 384 persen secara tahunan. Sejak awal tahun, tumbuh 51 persen,” kata Ali, pekan lalu.

Kredit itu dibagi berdasarkan segmen mikro dan ritel. Ada 44 debitor di segmen ritel dengan besaran kredit rata-rata Rp 379,728 juta per debitor. Untuk segmen mikro, ada 2.257 debitor dengan nilai kredit masing-masing debitor rata-rata Rp 15,947 juta. (IDR/LKT/WIE/ACI/CAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com