Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh Kedelai, Pemerintah Harus Memutus Ketergantungan Impor

Kompas.com - 03/09/2013, 07:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -Tidak ada cara efektif menyelamatkan produsen tempe dan tahu jika pemerintah tidak bisa menekan ketergantungan produsen terhadap kedelai impor. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memberikan paket insentif dan keberpihakan penuh kepada petani.

Tanpa langkah tersebut sulit untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal dan menstabilkan harga kedelai. Demikian ditegaskan pengamat pangan Sapuan Gafar, Senin (2/9/2013), yang dihubungi di Jakarta.

Upaya menaikkan produksi kedelai dengan cara mendorong perluasan lahan harus dilakukan. Pelajaran dari masa lalu saat produksi meningkat, programnya sungguh-sungguh dijalankan.

”Caranya melalui perluasan areal dengan pemberian paket teknologi, seperti benih dan perangsang tumbuh. Pendekatan bantuan tiap-tiap daerah juga berbeda tergantung dari masalah masing-masing,” katanya.

Ia melihat lahan di Jawa Barat masih bisa dikembangkan. Setelah penanaman padi dua kali, lahan di tempat itu masih dibiarkan, padahal airnya banyak. Petani perlu diajari untuk bisa menangani tanaman kedelai karena penanaman agak rumit.

Diabaikan

Peluang untuk meningkatkan produksi kedelai sebenarnya sangat dimungkinkan. Namun, penerapan hasil riset kedelai untuk mengurangi ketergantungan impor tidak berjalan secara konsisten. Pola tanam komoditas kedelai dikesampingkan, tanpa metode yang tepat untuk menyesuaikan dengan iklim dan jenis tanah.

”Ada salah satu hasil riset varietas kedelai Tanggamus yang produktif di lahan pasang surut. Namun, di lahan itu, penanamannya lebih diutamakan untuk padi,” kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Witjaksono, Senin, di Cibinong Science Center, Cibinong, Jawa Barat.

Jenis tanaman kedelai yang bisa tumbuh pada saat musim kering atau kemarau juga kerap diabaikan. Hal ini akhirnya menurunkan produktivitas.

Padahal, LIPI sudah menguji coba kedelai plus di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan. Metode kedelai plus ini dapat menaikkan produksi 50–100 persen dari produksi kedelai pada umumnya. Menurut Witjaksono, metode kedelai plus bisa untuk berbagai jenis varietas. Saat
ini sejumlah lembaga riset
pemerintah ataupun perguruan tinggi sudah banyak menghasilkan varietas unggul kedelai.

Bahkan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) baru-baru ini meluncurkan varietas kedelai supergenjah Gamasugen-1 dan varietas Gamasugen-2 yang lolos seleksi setelah diuji multilokasi di 16 daerah. Usia panennya berkisar 66 hari hingga 69 hari. Ini memperbarui varietas unggul sebelumnya, yaitu Mutiara-1 dengan usia panen 82 hari.

Saat ini sebenarnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, menurut Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Jateng Suryo Banendro, fokus ke arah sana.

Langkah ini ditempuh karena perluasan lahan sudah tidak memungkinkan karena terbatas. Luasan lahan budidaya kedelai mencapai 95.000 hektar dan tersebar di 29 kabupaten/kota. Sentra kedelai terluas berada di Kabupaten Grobogan dengan luasan mencapai 27.000 hektar, sisanya tersebar di wilayah lain, seperti Kabupaten Wonogiri, Kebumen, Blora, Demak, Brebes, Rembang, Purworejo, Boyolali, Cilacap, Banyumas, Sukoharjo, dan Pati.

Namun, lanjut Suryo, produktivitas lahan yang ada masih relatif rendah, hanya mencapai 1,56 ton per hektar. Padahal, potensinya bisa mencapai 2,5 ton per hektar. Bahkan produktivitas varietas kedelai di Grobogan bisa mencapai 4,0 ton per hektar. Belum lagi petani lebih tertarik menanam padi.

Mengikuti instruksiKalangan produsen tempe dan tahu di beberapa wilayah Indonesia menyatakan siap mengikuti instruksi Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia Aip Syaifudin. Mereka memastikan akan mogok tiga hari, mulai dari 9 September hingga 11 September 2013. Langkah ini dilakukan agar pemerintah bisa menurunkan harga kedelai.

”Pasti. Kami juga tidak akan produksi kalau sudah ada kesepakatan itu,” kata Kino, salah satu perajin tempe tahu.

Beberapa pedagang di Pasar Minggu dan Pasar Kebayoran Lama menyatakan pasrah jika tidak ada pasokan tempe tahu sepanjang 9-11 September itu. ”Kalau memaksa buka, nanti di-sweeping, malah susah kami,” kata Wiro, pedagang tempe tahu di Kebayoran Lama.

Langkah sama juga akan diambil para pengusaha tahu tempe di Tangerang Selatan. Mereka akan mengikuti instruksi Pengurus Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, demikian pernyataan Bendahara Koperasi Tahu Tempe Indonesia Tangerang Selatan Rujito.

Perajin tempe dan tahu di Kota Tangerang siap ikut aksi mogok produksi selama tiga hari. Namun, hal itu harus dilakukan secara serentak.

”Aksi mogok harus jadi. Semua perajin harus kompak. Kami berharap pemerintah mau peduli dengan nasib kami, para perajin,” kata Mursia (37), produsen tempe sekitar Kali Sifon, Gondrong, Kota Tangerang.

Hal senada juga disuarakan produsen tempe di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sugeng, perajin tahu asal Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo, mengatakan, sekitar seminggu terakhir, dia tidak lagi membeli kedelai. Saat ini, dia hanya berencana menghabiskan pembelian terakhir kedelai sebanyak 6 kuintal, yang saat ini tersisa 4 kuintal. (mar/naw/uti/egi/nel/ray/pin)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com