"Kalau teriak-teriak ya sabar saja. Pedagang tempe tahu ya harus dihargai. Minimal tidak cerewet (menawar harga keterlaluan)," kata Wakil Ketua II, Gakoptindo, Sutaryo, di gedung KPPU, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Sutaryo meminta masyarakat konsumen mengerti, bahwa gejolak harga yang terjadi disebabkan salah satunya tata niaga impor. Hal itu sangat terpengaruh nilai tukar.
"Dalam waktu singkat, harga yang tadinya Rp 7.500 sekarang sudah Rp 9.800, itu adalah hal yang sulit untuk kami menentukan harga secara kompak. Mudah-mudahan pembeli tidak cerewet," jelasnya.
Aksi mogok produksi, diakui Sutaryo, menimbulkan kerugian. Satu perajin rata-rata menghasilkan keuntungan Rp 100.000 - Rp 300.000 dalam sehari. Sementara itu, saat ini tercatat ada 115.000 pengrajin. "Kerugian bisa kita ukur maka tidak lama-lama," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.