Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Sebuah Keajaiban buat Rupiah

Kompas.com - 12/09/2013, 08:04 WIB

Oleh: Apressyanti Senthaury
KOMPAS.com —
Kuatnya gembar-gembor pengurangan stimulus oleh Bank Sentral Amerika dalam waktu dekat laksana kian membebani perjalanan panjang mata uang rupiah jelang berakhirnya tahun 2013. USD/IDR pun kini melonjak ke level 11.000 dan semakin menjauhi level Rp. 9.000, kisaran yang sebelumnya dijaga ketat oleh Bank Indonesia. Selain itu, level 9.000-an sempat dianggap juga sebagai level ideal dan seimbang buat aktivitas pengusaha ekspor ataupun impor negara RI.

Lebih jauh dan jika dipantau dari sisi NDF, posisi USD/IDR telah menyentuh level tinggi Rp 11.000-an dan menuju level Rp 12.000. Meski memang, peluang meredanya pelemahan rupiah atau sebaliknya masih terbuka seiring beragamnya sentimen yang silih berganti mewarnai pasar di tengah berlangsungnya pengawalan BI. Meski demikian, kecemasan partisipan bahwa peristiwa yang pernah melanda Indonesia beberapa tahun silam mulai menyeruak ke permukaan. Hal ini pun hingga berpotensi menjadi pengganjal bagi perjuangan IDR kembali menuju level aman sesuai target Pemerintah Indonesia. Terlebih lagi, "peluru" cadangan devisa terus-menerus menipis.

Ketakutan memburuknya kondisi ekonomi Indonesia dan berulangnya kejadian tahun 2008 pun seakan menghantui pergerakan USD/IDR dalam beberapa bulan belakangan ini. Padahal jika dicermati secara positif, situasi ini tidak hanya menimpa mata uang negeri kita. Sebagian besar valuta negara berkembang lainnya di Asia pun tak kuasa menahan tekanan yang datangnya dari supremasi The Big Dollar. Oleh karenanya, sungguhlah tidak bijak jika menjadikannya pemicu kepanikan di pasar.

Meski demikian, beraneka sentimen, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, dipandang belum menguntungkan pergerakan rupiah. Sebut saja rilis data-data ekonomi negara RI baru-baru ini (awal September), terutama apabila dikaitkan dengan tingginya data inflasi. Inflasi Indonesia pada Agustus 2013 tercatat mencapai 8,79 persen, yang kian melampaui target level pemerintah lebih kurang 1 persen dalam kisaran 4-5 persen. Hal ini berpeluang mengentalkan kekhawatiran pelaku pasar atas tingginya fluktuasi rupiah beserta situasi perekonomian ke depan.

Valuta Garuda dan permasalahannya

Maka dari itu, sangatlah wajar apabila inflasi didengung-dengungkan memiliki korelasi yang erat dengan pergerakan rupiah akhir-akhir ini. Yang dianggap sebagai biang keladi sumber masalah pun adalah meluasnya penggunaan barang-barang impor di Indonesia. Tak urung, hal itu ikut memperparah tekanan yang mengepung rupiah hingga saat ini. Terlebih lagi, kurs dollar AS bergerak semakin naik.

Hal tersebut ditambah lagi dengan posisi neraca perdagangan Indonesia yang menorehkan defisit yang kian melebar. Bagaimana tidak. Catatan yang dirilis pada 1 September 2013 memperlihatkan semakin melebarnya selisih antara ekspor dan impor perdagangan Indonesia. Posisi Juli 2013 yang mencapai minus 2.309 miliar dollar AS bahkan merupakan defisit terbesar sejak tahun 2007. Parahnya, dua hal tersebut ditengarai sebagai pemicu utama depresiasi rupiah di hadapan dollar AS.

Lebih lanjut, akibat masalah yang terkait erat dengan perdagangan internasional ini memicu pemerintah dan atau BI untuk melakukan berbagai langkah serta strategi berikutnya guna menyelamatkan rupiah.

Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 7 persen pada RDG tambahan, Kamis (29/8/2013), dianggap masih belum cukup kuat menggiring rupiah kembali ke level amannya. Oleh karena itu, pasar masih terus menunggu aksi-aksi berikutnya dari bank yang dikomandani oleh Agus Martowardojo itu. Paling tidak, menunggu hasil pertemuan RDG berikutnya yang akan diadakan pada 12 September ini.

Seruan pejabat-pejabat penting Pemerintah Indonesia bahwa pergerakan USD/IDR masih berada di kisaran yang aman berkat fundamental ekonomi negara kita yang kuat laksana kurang dihiraukan oleh pemain di pasar. Hal ini terbukti dengan masih tingginya fluktuasi aliran dana asing yang keluar dari lantai bursa saham dalam negeri dan mengakibatkan anjloknya indeks harga saham domestik.

Memang indeks dalam negeri mulai bangkit dan kembali bergerak di kisaran 4.000-an. Walau demikian, kejatuhan IHSG ke level terendah selama tahun 2013 di posisi 3.967 pada Selasa (27/8/2013) pun memperlihatkan peluang masih rentannya bursa dalam negeri hingga beberapa waktu ke depan.

Sementara itu, ekspektasi pasar bahwa sektor moneter mampu mengambil keputusan serta mengimplementasikan kebijakan terbaiknya untuk menopang rupiah ke depan masih tersisa di tengah kencangnya gaung pesimisme para partisipan pasar. Terlebih lagi, rilisnya paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan Pemerintah RI dalam dua minggu lalu berpotensi memberikan dampak pada satu hingga dua bulan ke depan.

Rupiah vs dollar AS

Membahas seputar rupiah sudah tentu tidaklah lengkap tanpa menghubungkannya dengan situasi pasar. Apalagi sebagai mata uang salah satu negara ekonomi berkembang, sudah pasti posisi rupiah sampai dengan saat ini tidaklah sama dengan dollar AS yang merupakan valuta dari sebuah negara maju. Kuatnya kedudukan the greenbackdi mata investor pun bagaikan mengokohkan posisi nilai mata uang negara Amerika Serikat itu di tengah turun-naik kondisi ketidakpastian ekonomi global. Bentrokan di Mesir, kerusuhan di Suriah, sampai dengan indikasi membaiknya sebagian data-data ekonomi negaranya Obama yang cenderung lebih dominan menyokong pergerakan dollar AS dibandingkan mata uang lainnya.

Tak ketinggalan, Bank Sentral AS sudah mulai memberikan sinyalemen bakal mengurangi strategi dan kebijakan pelonggarannya bersamaan dengan support positif rilis data ekonomi negaranya. Mau tidak mau, pasar pun bereaksi dengan cara mengalihkan investasinya dari negara-negara berkembang kembali menuju Amerika dan aset-aset aman lain. Persepsi bahwa Negeri Paman Sam mulai memiliki prospek cerah di tengah ketidatentuan situasi pasar global pun mendorong kencangnya laju keluar portofolio investor asing dari pasar domestik. Terlebih lagi, kondisi ini berlangsung di tengah kecamuk persoalan yang melanda perekonomian dalam negeri Indonesia.

Padahal, jika ditelusuri lebih mendalam lagi, kondisi Amerika belumlah sepenuhnya terjamin stabil. Kerapuhan terindikasi masih membayangi. Dari sektor ketenagakerjaan contohnya. Tingkat pengangguran AS tercatat masih bertengger di level 7,4 persen. Sementara itu, level amannya berada di 5 persen. Demikian halnya dengan kemelut utang yang turut membuat kelabu optimisme di masa yang akan datang. Jadi sesungguhnya, pergulatan panjang pemerintah negara Patung Liberty belumlah usai dalam waktu dekat. Peluang kembalinya investor asing ke pelukan ibu pertiwi pun terbuka selama situasi dan kondisi di dalam negeri kondusif dan aman.

Tatkala kembali ke kenyataan yang pasti, marilah kita terus berupaya untuk yang terbaik bagi negeri tercinta sembari mendukung keputusan pemerintah Indonesia dengan pikiran yang positif. Tanpa kerja sama yang solid di antara semua pihak, tidaklah akan mudah mengembalikan terwujudnya stabilitas nilai tukar berikut perekonomian domestik.

Beragam kebijakan yang diambil dan diputuskan oleh pemerintah itu tentu sudah dipikirkan dan dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Tujuan akhirnya pun bukan hanya untuk kalangan tertentu, melainkan buat kebaikan bersama, kebaikan Indonesia. Harapannya, keajaiban yang ditunggu-tunggu pasar dapat terwujud tidak lama lagi. Semoga rupiah akan mampu kembali bergerak aman di koridornya, dan bersandingnya mata uang Garuda bersama-sama dengan dollar AS atau mata uang utama dunia lainnya bukanlah impian semata.... (Penulis adalah pegawai di salah satu bank BUMN)

*Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com