Kenapa pepaya?
Pengalaman bertemu dengan salah satu pioneer pengusaha pepaya di Boyolali, Muslim, membuat Jiwo terinspirasi untuk menularkannya di Desa Pogog. Jiwo pun mengajak salah satu tokoh Desa Pogog, Rimo (41) untuk belajar budidaya pepaya.
Namun upaya Jiwo untuk mengajak warga desa bercocok tanam pepaya tidak mulus begitu saja. Ia justru mendapat cibiran dari warga desa Pogog, yang terbiasa menanam singkong.
“Hal yang tersulit saat menghadapi warga adalah merubah mind set tentang bagaimana menerapkan SOP (standard operation procedure) dalam menanam papaya,” katanya.
Warga terlanjur mengenal buah pepaya tidaklah bernilai dan hanya sekedar pelengkap sayur mayur.
“Saat itu saya kirim 4.000 bibit dalam dua tahap untuk sekitar 51 KK (kepala Keluarga). Banyak yang gagal, tapi tidak semuanya. Ada salah satu warga yang berhasil dan panen dengan mendapat hasil Rp 6 juta. Hal bisa mengubah cara pandang warga yang lain terhadap pepaya,” katanya.
Salah satu warga yang berhasil membudidayakan pepaya ini adalah Yono (48). Dia berkisah, pada musim tanam pepaya pertama kali pada tahun 2007, Yono mengaku nekat menanam kurang lebih 250 bibit pepaya karena ingin membuktikan kepada isterinya bahwa pepaya bisa menghasilkan.
Keyakinan tersebut didapat setelah belajar bersama Jiwo dan melihat potensi dari buah pepaya yang tidak hanya sekedar pelangkap sayur mayur. “Saat itu dari 250 bibit yang saya tanam, hanya 45 yang mati, dan saya bisa panen mendapat Rp 6 juta rupiah,” kata Yono.
Keberhasilan Yono, membuat program pemberdayaan masyarakat ala Jiwo Pogog melalui pepayanisasi ini mulai diminati warga desa lainnya. Banyak warga yang tertarik untuk menanam pepaya di kebun mereka. Hingga saat ini, warga sudah melakukan empat kali musim tanam pepaya.
Untuk mendukung agar kegiatan tersebut berjalan, Jiwo bersama warga desa melakukan evaluasi, dan hasil dari evaluasi adalah perlunya program pipanisasi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman pepaya warga.
Melalui iuran, akhirnya terkumpul modal Rp 10 juta untuk melakukan program pipanisasi. Adapun air yang digunakan berasal dari mata air yang jaraknya cukup jauh dari desa tersebut. Hasilnya, program pipanisasi bisa menghasilkan setengah liter air per detik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.