Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Banyak Harta? Kaya...!!

Kompas.com - 25/09/2013, 10:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. Itu guyonan lama yang masih relevan hingga kini. Siapa, coba, yang tak ingin hidup (dan mati) senikmat itu?

Menjadi kaya boleh jadi merupakan mimpi standar orang dewasa. Bayangan tinggal di rumah berlantai marmer impor dari Italia, berendam di bath tub seharga ratusan juta rupiah, naik limusin keliling kota, serta mendapat pelayanan ekstra istimewa dari bank ala Malinda Dee, jelas begitu menggoda. Siapa yang berani menampik anugerah hidup seperti itu?

Sayang sekali, menjadi kaya bukan garis hidup otomatis bagi semua orang. Kebanyakan dari kita harus berjuang ekstra keras agar menjadi kaya. Masalahnya, tak semua orang bisa tekun, sabar, dan gigih mengejar mimpi untuk menjadi kaya. Mungkin karena itu pula, banyak orang tergoda untuk menempuh cara agar bisa menjadi kaya secara “instan”. Kalau tak menghimpun uang haram sebagai modal menumpuk harta, mereka mengandalkan utang sebagai senjata untuk memupuk kekayaan.

Bagi mereka, kaya identik dengan tumpukan harta. Semakin banyak harta yang mereka kuasai, semakin mereka merasa kaya. Benarkah cara pandang seperti itu? Kalau Anda bertanya kepada para perencana keuangan atau financial planner, mereka akan menjawab dengan kompak: tidak!

Di dunia keuangan berlaku sebuah persamaan ampuh: Harta = Utang + Modal. Banyak orang mengira bahwa status kaya identik dengan harta sehingga mereka memupuk harta, apa pun caranya. Itu adalah anggapan salah.
 
Status kaya, sejatinya, bukan berada di sisi harta, melainkan pada sisi modal. Meski menghuni townhouse berharga miliaran dan mengendarai sedan cabriolet saban sore, Anda bukan orang kaya apabila membiayai semua harga tersebut dengan pinjaman atau utang.

Sebaliknya, Anda berhak mengklaim sebagai orang kaya walau cuma mengendarai bebek matik, selama semua harta Anda beli dengan uang sendiri.

Kesalahan mengidentifikasi status diri sendiri ini bisa berakibat fatal. Orang yang “kaya” dari utang bisa melarat tiba-tiba ketika gagal membayar angsuran pinjaman mereka.
 
Para pakar keuangan menyebut catatan yang merangkum posisi harta, utang, dan modal ini sebagai neraca keuangan. Nah, setiap individu atau keluarga wajib menyusun neraca keluarga seperti di atas sebelum menyusun rencana-rencana finansial lain. Ini ibarat sebuah pemeriksaan kesehatan (medical check up) di klinik kesehatan, sebelum Anda berlari maraton.

Tujuan pemeriksaan kesehatan keuangan (financial diagnosis atau financial check up) tak lain adalah untuk mengetahui fakta sesungguhnya tentang kondisi keuangan kita di saat pemeriksaan tersebut.

Selain menyusun neraca keuangan keluarga, dalam financial diagnosis, Anda juga perlu membuat daftar yang berisi perincian seluruh penghasilan dan pengeluaran selama setahun terakhir. Daftar ini untuk mengetahui apakah Anda mencatatkan surplus pendapatan, defisit, atau keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.

Jika nilai penghasilan atau pendapatan Anda dalam periode tertentu lebih besar daripada total pengeluaran, berbahagialah. Sebab, itu berarti keuangan Anda cukup sehat dan Anda bisa menabung untuk mencapai tujuan-tujuan finansial di masa mendatang.

Sementara, apabila pendapatan Anda kurang lebih sama dengan pengeluaran, waspadalah! Berarti, selama ini, Anda tak bisa menabung. Kalau ada kebutuhan mendadak, pasti Anda bakal kelabakan. Ujung-ujungnya, mungkin, Anda terpaksa harus berutang kepada pihak lain.

Kalau sampai pengeluaran Anda lebih besar daripada penghasilan, sinyal bahaya sudah menyala. Itu namanya besar pasak daripada tiang alias defisit. Kalau kondisi ini dibiarkan, keuangan keluarga Anda menuju kehancuran.

Jadi, bagaimanakah kondisi keuangan Anda? Sehat? Segera lakukan diagnosis finansial secara sederhana jika Anda belum mengetahuinya. Sebagai langkah awal, Anda bisa mencoba memanfaatkan aplikasi Financial Diagnosis yang tersedia di portal finansial www.kontan.co.id.  Dengan cara ini, kita bisa mendeteksi sejak dini jika ada “penyakit” yang menggerogoti kesehatan dompet.

Jika tak cukup percaya diri untuk melaksanakan diagnosis finansial sendiri, Anda bisa meminta bantuan dari pakarnya, yaitu para perencana keuangan. Firma perencana keuangan, biasanya, telah memiliki alat bantu (tools) yang lengkap untuk melaksanakan diagnosis finansial secara lebih komprehensif.

Jika Anda beruntung, mungkin, sang perencana keuangan bersedia membagikan kiat-kiat praktis untuk mengatasi gejala-gejala penyakit finansial yang terlihat setelah proses diagnosis finansial.

Ke mana kita harus mencari para financial planner itu? Tak perlu pusing. Kunjungi saja Indonesia Financial Expo & Forum (2013) yang akan diselenggarakan di Gramedia Expo, Surabaya, pada 27 September - 29 September 2013 serta di Jakarta Convention Center (JCC) pada 4 Oktober - 6 Oktober 2013.

Beberapa firma perencanaan keuangan akan ikut hadir di ajang pameran produk investasi terbesar ini. Di lokasi IFEF, Anda juga bisa langsung memeriksa kondisi keuangan Anda dengan memanfaatkan aplikasi Financial Diagnosis yang disediakan oleh KONTAN. (Hasbi Maulana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com