Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta Tulus Abadi menjelaskan, potensi kerugian negara itu muncul dari berkurangnya penerimaan pajak akibat kompensasi 10 persen dari pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang diberikan Pemerintah untuk mobil murah.
"Saya mencatat mobil LCGC ini diberikan kompensasi sebesar 10 persen dari PPnBM, maka minimal dalam setahun Pemerintah kehilangan Rp 10 triliun dalam mobil LCGC ini," ujar Tulus di Jakarta, Sabtu (28/9/2013).
Bukan hanya itu, kata Tulus, program LCGC ini pun dinilainya berdampak pada membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) seiring dengan pertumbuhan industri otomotif, khususnya LCGC yang dipatok mencapai 600.000 unit setiap tahunnya.
Kebijakan mobil murah, lanjut Tulus, akan menyedot lebih banyak BBM bersubsidi. "Tanpa LCGC saja per tahun produksi mobil Indonesia 1 juta unit, kemudian sepeda motor 10 juta unit, itu semua minum BBM bersubsidi karena pangsa pasar BBM subsidi 98 persen, dan non subsidi hanya 2 persen," tuturnya.
Analis Kebijakan Publik dari Universitas Paramadina Dinna Wisnu senada dengan Tulus, bahwa program mobil murah ini justru akan menggerus BBM bersubsidi. Menurut Dinna, sebenarnya orang yang tertarik membeli mobil murah ini adalah mereka yang tidak sanggup membeli Pertamax dalam jumlah besar.
Sementara Menteri Perindustrian MS Hidayat sebelumnya mengklaim bahwa program LCGC ini dapat menciptakan lapangan kerja baru sebanyak 70.000 orang. Selain itu Kementerian Perindustrian mengklaim program mobil LCGC bisa mendatangkan komitmen investasi sebesar 6,5 miliar AS.
Angka tersebut diambil dari industri otomotif sebesar 3 Miliar dollar AS dan dari 100 industri komponen otomotif baru investasi sebesar 3,5 Miliar dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.