Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Shutdown" AS Bisa Ancam Perekonomian Dunia

Kompas.com - 03/10/2013, 07:25 WIB


PARIS, KOMPAS.com
- Krisis anggaran di Amerika Serikat, yang telah memaksa penghentian sementara sebagian pelayanan pemerintah federal negara adidaya itu, bisa mengancam perekonomian global jika berlangsung terlalu lama dan berlarut-larut.

”Penghentian sementara layanan Pemerintah Amerika Serikat (AS) itu menjadi ancaman jika berkepanjangan. Itu akan menjadi ancaman, bukan hanya bagi AS, melainkan juga bagi perekonomian dunia,” ujar Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi, dalam konferensi pers di Paris, Perancis, Rabu (2/10/2013).

Kekhawatiran senada dilontarkan Pemerintah Perancis, yang baru saja keluar dari resesi. ”Jika situasi ini bertahan, bisa memperlambat pemulihan ekonomi yang sedang berjalan,” ujar Menteri Keuangan Perancis Pierre Moscovici.

Kekhawatiran senada disampaikan kalangan eksportir di Indonesia. Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jawa Tengah Djoko Santosa di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu, mengungkapkan, 60 persen ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dilakukan dengan AS.

Djoko mengatakan, jika krisis di AS berlarut-larut atau pemulihan dilakukan bertahap, para eksportir Indonesia khawatir terkena dampak, setidaknya dalam bentuk tertahannya barang di pelabuhan atau transaksi pembayaran yang tertunda.

Dihubungi secara terpisah di Nusa Dua, Bali, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menyatakan optimistis krisis anggaran di AS tak akan berlangsung lama, ”Saya tidak melihat ini berlangsung lama dan jangka panjang serta berdampak ke Indonesia,” kata Iman.

Iman menduga, kalaupun krisis itu berdampak terhadap Indonesia, paling jauh dampaknya hanya akan terasa dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Yang justru perlu diwaspadai, menurut Iman, adalah pagu utang Pemerintah AS saat ini yang akan terpakai semua pada 17 Oktober. Jika sebelum 17 Oktober tak ada kesepakatan menaikkan pagu utang di kalangan para politisi di Washington, AS terancam gagal bayar. ”Ini akan sangat besar dampaknya terhadap ekonomi APEC dan dunia,” ujar Iman.

Bursa saham di Eropa dan AS pun mulai bereaksi negatif. Indeks FTSE 100 di Eropa turun 0,6 persen, sementara indeks DAX Jerman jatuh 1,1 persen ke level 8.596. Demikian juga indeks CAC-40 di Perancis yang merosot 1,3 persen menjadi 4.144.

Menjelang tengah hari Rabu di AS, indeks Dow Jones turun 0,8 persen menjadi 15.066, sementara indeks S&P 500 jatuh 0,7 persen pada level 1.683.

Tetap hadir

Dari Washington dilaporkan, Presiden AS Barack Obama akan tetap menghadiri KTT Ke-21 Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali, 7-8 Oktober 2013, dan KTT Asia Timur (EAS) di Brunei setelah itu. Namun, Obama memutuskan membatalkan rencana kunjungan ke Malaysia dan Filipina terkait dengan krisis di AS.

Para pejabat senior Pemerintah AS menekankan, penting bagi Presiden Obama untuk tetap berangkat ke pertemuan puncak APEC. ”Kita berharap, ini masih hari Selasa, dan penghentian sebagian aktivitas Pemerintah AS segera diakhiri. Perjalanan ke Asia merupakan hal penting bagi AS sendiri,” kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney di Washington, Selasa.

Saat menghadapi masalah serupa, Presiden AS Bill Clinton pernah membatalkan kunjungan ke KTT APEC di Osaka, Jepang, pada tahun 1995.

Harian The New York Times memberitakan, rencana kunjungan Obama ke Malaysia dan Filipina dibatalkan. Sebagai pengganti, Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan memimpin delegasi AS ke kedua negara itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com