Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Tahun Ini Indonesia Telan "Pil Pahit"

Kompas.com - 10/10/2013, 18:41 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan Indonesia terpaksa membuat kebijakan yang berbeda di tahun ini untuk mengantisipasi kondisi global yang sedang melemah.

Bahkan kebijakan yang dirilis itu berbeda dibanding sebelumnya. Misalnya, selama lima bulan terakhir BI memilih untuk menaikkan suku bunga acuan BI (BI rate) sebesar 125 bps menjadi 7,25 persen. Lantas merilis berbagai paket kebijakan agar kondisi moneter terjaga. BI harus rela cadangan devisa merosot di bawah 100 miliar dollar AS agar kondisi rupiah tetap stabil dan sesuai kondisi fundamentalnya.

"Kita itu seakan minum pil agak pahit sedikit sekarang supaya badan sehat di 2014 ke depan," kata Mirza saat CIMB Niaga Economic Outlook di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Ia menambahkan, pil pahit yang diterima Indonesia itu dimulai sejak akhir Juni 2013 dengan kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dengan kenaikan harga BBM tersebut, maka inflasi melonjak hingga di atas 8 persen. Lantas kondisi rupiah juga sempat melonjak hingga di level Rp 12.000 per dollar AS. Serta defisit anggaran dan defisit neraca perdagangan juga melonjak.

Namun, kata Mirza, kondisi itu memang disengaja oleh pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian dalam negeri agar lebih sehat dibanding sebelumnya. "Memang inflasi naik itu karena kita harus mengendalikan APBN. Karena konsumsi minyak tinggi sehingga APBN kita defisit di luar angka yang bisa ditolerir. Sehingga kita terpaksa menyesuaikan," tambahnya.

Dengan kondisi kenaikan inflasi tersebut, kata Mirza, maka akan merubah kondisi defisit neraca perdagangan dan sekaligus mengubah fundamental ekonomi Indonesia. "Imbasnya lagi rupiah melemah. Itu bisa mengurangi impor yang tidak perlu. Jadi rupiah saat ini mencerminkan kondisi fundamentalnya. Sebab, kalau ditahan di Rp 9.500 per dollar AS, cadangan devisa kita akan turun," katanya.

Sebagai kompensasinya, apalagi kondisi global juga masih tidak menentu dan ada dana asing malah keluar (capital outflow), maka BI memilih untuk menaikkan suku bunga acuan agar dana asing kembali ke dalam negeri. Harapannya, kondisi ini akan menciptakan perekonomian lebih baik. "Dengan kondisi ini diharapkan di tahun depan bisa menangkap peluang-peluang ekonomi global," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com