Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/10/2013, 07:48 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pihak menyangsikan tercapainya swasembada komoditas pangan penting yang ditargetkan pada 2014. Beberapa diantaranya bahkan berasal dari wakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen, seperti salah satunya Ketua Komisi IV DPR RI, Romahurmuziy. Menurutnya, empat dari lima komoditas yakni beras, jagung, kedelai, gula dan daging, tak akan mencapai swasembada.

Kedelai menjadi salah satu komoditas yang diprediksikan masih akan sangat tergantung importasi pada tahun depan. Produksi nasional komoditas bahan baku pembuatan tahu tempe itu saat ini hanya 748.000 ton. Itu, jauh dari kebutuhan nasional yang sebesar 2,2 juta ton. (baca: Cita-Cita Swasembada Pangan 2014, Ini Kata DPR)

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro, kepada Kompas.com, Minggu (13/10/2013) menjelaskan, produksi kedelai nasional ditaksir akan bertambah sebanyak 1,8 juta ton pada 2014 jika ada dukungan anggaran dari pemerintah. Ia mengatakan, berdasarkan hasil perhitungan sistem modeling Litbang (penelitian dan pengembangan), kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pencapaian swasembada kedelai sebesar Rp 2,82 triliun.  Namun anggaran tahun depan sendiri hanya sekitar 700 miliar.

"Dengan anggaran yang tersedia pada tahun 2014, diperkirakan perlu tambahan kebutuhan anggaran sebesar Rp 2,1 triliun,” sebut Anggoro dalam surat elektroniknya.

Menurut perhitungannya, dengan adanya jaminan harga di tingkat petani saat ini, yakni harga beli petani (HBP) sebesar Rp 7.400 per kg, maka perputaran uang dari pertambahan produksi tersebut ditaksi mencapai Rp 13,3 triliun. (baca: Petani Kedelai Sambut Kenaikan Harga Beli Petani)

Dengan anggaran sebesar itu, Kementerian Pertanian dapat lebih optimal menjalankan program swasembada, seperti perluasan areal tanam (PAT), program peningkatan produktivitas, serta program pascapanen kedelai melalui program bantuan sarana pascapanen baik berupa power thresher multiguna, pedal thresher, flat bed dryer dan gerobag dorong.

Anggoro menyebutkan, selama ini rencana (target) tidak tercapai lantaran seluruh pihak terkait belum secara optimal untuk menggerakkan upaya peningkatan produksi diantaranya dukungan anggaran, regulasi tata niaga, komitmen daerah dan sebagainya. (baca: Ini Penyebab Produksi Kedelai Merosot dalam 5 Tahun Terakhir)

“Untuk pencapaian swasembada diperlukan tambahan PAT seluas 1 juta hektar, anggaran bantuan paket teknologi yang sudah tersedia 2014 direncanakan 340.000 hektar, tahun 2013 seluas 110.000 hektar, masih kekurangan 650.000 hektar. Disamping itu, perlu dukungan untuk perbenihan, mekanisme pasar dan pasca panen,” ujarnya.

Sebagai informasi dari rencana PAT pada 2013 seluas 340.000 hektar, baru terealisasi 70.000 hektar. Anggoro mengatakan, sisa target akan mulai ditanam pada Oktober – Desember 2013 serta menunggu proses penyelesaian administrasi anggaran.

Sementara itu, rencana PAT pada 2014 ditargetkan seluas 208.000 hektar. Dari data Kementerian Pertanian, rencana PAT 2014 terbesar masih fokus di Pulau Jawa. Sementara wilayah lain masih minim, seperti Papua, Maluku Utara, dan di Sumatera.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Perkuat Ketahanan Pasokan Gas Bumi, PGN Jalin Sinergi dengan EMCL, HCML, Petronas, dan PEP

Perkuat Ketahanan Pasokan Gas Bumi, PGN Jalin Sinergi dengan EMCL, HCML, Petronas, dan PEP

Whats New
Mentan Lepas Ekspor Mangga Gedong Gincu ke Arab Saudi

Mentan Lepas Ekspor Mangga Gedong Gincu ke Arab Saudi

Whats New
GAPPRI Ungkap Alasan Tolak RPP Pengamanan Zat Adiktif Tembakau

GAPPRI Ungkap Alasan Tolak RPP Pengamanan Zat Adiktif Tembakau

Rilis
Bos BI Proyeksi The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan pada November

Bos BI Proyeksi The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan pada November

Whats New
Cerita di Balik Penamaan Whoosh untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Cerita di Balik Penamaan Whoosh untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Whats New
Akhir Pekan, Harga Ayam, Daging Sapi hingga Cabai Merah di Jakarta Naik

Akhir Pekan, Harga Ayam, Daging Sapi hingga Cabai Merah di Jakarta Naik

Whats New
Cara Resign Kerja Tanpa Drama dan Tetap Profesional

Cara Resign Kerja Tanpa Drama dan Tetap Profesional

Work Smart
Kilas Balik Kereta Cepat, Minta Konsesi 50 Tahun, tapi Ditolak Jonan

Kilas Balik Kereta Cepat, Minta Konsesi 50 Tahun, tapi Ditolak Jonan

Whats New
Pelaku Industri Tembakau Sedih, Produknya Menuai Banyak Larangan untuk Dipasarkan

Pelaku Industri Tembakau Sedih, Produknya Menuai Banyak Larangan untuk Dipasarkan

Whats New
Catatkan Kinerja Solid, Laba BSI Melesat 32,41 Persen pada Kuartal II 2023

Catatkan Kinerja Solid, Laba BSI Melesat 32,41 Persen pada Kuartal II 2023

Whats New
Cara Cek Keaslian Meterai Elektronik secara Online

Cara Cek Keaslian Meterai Elektronik secara Online

Whats New
Bali Commitment, Saatnya 'Gaspol' Kejar Target Produksi Migas

Bali Commitment, Saatnya "Gaspol" Kejar Target Produksi Migas

Whats New
Bermalam di IKN, Sri Mulyani: Merdu Suara Serangga dan Jangkrik...

Bermalam di IKN, Sri Mulyani: Merdu Suara Serangga dan Jangkrik...

Whats New
Ekonom: Proyek Kereta Cepat Masuk Kategori Jebakan Utang China

Ekonom: Proyek Kereta Cepat Masuk Kategori Jebakan Utang China

Whats New
 United Tractors Selesaikan Pengambilan 19,9 Persen Kepemilikan Saham di Nickel Industries Limited

United Tractors Selesaikan Pengambilan 19,9 Persen Kepemilikan Saham di Nickel Industries Limited

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com