Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Pengendalian BBM Kembali Ditunda

Kompas.com - 18/10/2013, 07:25 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pemasangan alat kendali bahan bakar minyak bersubsidi dengan menggunakan teknologi frekuensi radio (radio frequency and identification/RFID) di wilayah DKI Jakarta telah tuntas. Namun, implementasi sistem itu diperkirakan baru bisa terealisasi bulan depan.

Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir menyampaikan hal itu, Kamis (17/10/2013), di Jakarta.

Ali mengatakan, pemasangan RFID telah dilakukan di 266 SPBU di DKI Jakarta. Namun, alat kendali itu belum difungsikan karena pihaknya masih menguji coba keandalan sistem pengendalian itu.

Saat ini, sistem itu tengah diuji coba di 5 SPBU di DKI Jakarta, antara lain SPBU di Jalan Abdul Muis dan di daerah Kuningan.

”Kami ingin memastikan benar-benar bahwa sistem itu stabil, data terekam, dan kelancaran pengiriman data ke server,” ujarnya.

Namun, pemasangan label penanda RFID di kendaraan baru 2.500 unit. Padahal, jumlah kendaraan yang ditargetkan dipasangi label penanda RFID sebanyak 10 juta kendaraan bermotor. Setelah pemasangan di kendaraan, akan ada masa sosialisasi mengenai penerapan sistem itu secara simultan selama tiga bulan.

Selanjutnya pemasangan RFID dilakukan secara bertahap di semua kendaraan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.

Pola serupa juga akan diterapkan di daerah lain sehingga pertengahan 2014 sistem itu telah diterapkan di semua provinsi.

Ali mengakui, implementasi sistem itu mundur dari jadwal. Sebagaimana diketahui, semula sistem pengendalian BBM dengan teknologi RFID direncanakan dilaksanakan di DKI Jakarta pada Juli lalu diikuti daerah lain secara bertahap. Pemberlakuan sistem itu diundur menjadi Oktober ini dan saat ini kembali ditunda realisasinya.

”Kami ingin memastikan dulu sistemnya berjalan dengan baik, baru dimulai secara masif,” ujarnya.

Namun, ia enggan menjawab mengenai implementasi rencana pembelian BBM bersubsidi nontunai yang dilontarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sebab, sejauh ini pihaknya kurang terlibat dalam pembahasan rencana tersebut.

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto menilai, tidak ada integrasi kebijakan antara sistem pengendalian BBM, teknologi, dan wacana kebijakan pembelian BBM nontunai.

”Tidak ada koordinasi yang baik di antara jajaran pemerintah dalam kedua program kebijakan tersebut. Masing-masing institusi penggagas dan pelaksana program tersebut seperti berjalan sendiri-sendiri,” ujarnya.

Pri Agung menambahkan, target pencapaian dan sasaran kedua program itu juga tidak sinkron satu sama lain.

”Tujuan kedua program tersebut, meskipun di atas kertas tampak bagus, dalam implementasinya, seperti yang sudah-sudah, cenderung tidak jelas,” kata Pri Agung. (EVY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com