Dana tersebut, lanjut dia, berasal dari pinjaman bank BUMN dengan bunga komersial sebesar 8-10 persen. “Margin laba KRL itu sedikit 5-8 persen. Kita enggak mikir BEP (balik modal) lah. Orang datengin gerbong saja masih kena pajak impor 10 persen. Dengan tarif Rp 9.000, BEP 10 tahun lagi,” aku Tri, di Jakarta, Senin (4/11/2013).
Sebagai informasi, awal November ini KCJ telah mendatangkan 30 unit gerbong KRL dari Jepang sehingga sampai Desember nanti sudah ada penambahan 140 unit gerbong dari rencana tahun 2013 sebanyak 180 unit gerbong.
Tri menegaskan, gerbong bekas yang baru didatangkan dari Jepang itu bukan untuk menambah rangkaian perjalanan KRL Jabodetabek. Sebanyak tiga rangkaian kereta yang didatangkan November ini akan digunakan untuk mengganti sementara gerbong-gerbong yang rusak, seperti pendingin udara yang tak bekerja.
“Dari 600 unit gerbong yang kita punya, 20 persennya mengalami gangguan. Itu merata di semua jalur perjalanan,” imbuh Tri.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk memperbaiki 1 gerbong dengan 2 unit AC yang rusak memakan waktu antara 2-3 hari. Diperkirakan, untuk memperbaiki satu rangkaian kereta membutuhkan waktu selama 2 minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.