Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bursa Berjangka Masih Minim Manfaat Bagi Pelaku Fisik

Kompas.com - 17/11/2013, 21:08 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Baru limabelas persen perdagangan bursa berjangka sentuh pelaku fisik, yakni para petani, pabrikan, juga pelaku ekspor-impor. Minimnya edukasi dan sosialisasi tentang bursa berjangka membuat masyarakat masih sangat awam dengan produk dan sistem perdagangan yang satu ini.

Akibatnya, hingga kini di salah satu pasar bursa berjangka, yaitu Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), transaksi bilateral masih mendominasi lebih dari 80 persen transaksi yang dilakukan oleh sekitar 50 pialang aktif.  Sekadar informasi, dalam perdagangan bursa berjangka dikenal dua jenis transaksi yaitu transaksi bilateral dan multilateral.

Presiden Direktur PT Jalatama Artha Berjangka (JAB) Jacob Ongkowidjojo, ditemui Kompas.com Jumat (15/11/2013) lalu menuturkan, dari seluruh pialang di BBJ rata-rata melakukan transaksi multilateral sekitar 10-15 persen dari total transaksi. Menurutnya, hal ini menjadi pekerjaan rumah baik pemerintah, otoritas, dan pelaku usaha untuk memperbesar porsi transaksi multilateral.

“Kita fokus ke transaksi multilateral karena di situ sampai ada serah terima fisik. Maksudnya, agar para pelaku fisik terjangkau, seperti petani, pabrikan, eksportir, dan importir. Kalau transaksi bilateral tidak ada serah terima fisik,” terang Jacob.

Jacob menambahkan, perdagangan multilateral di JAB sendiri baru mencapai porsi 10 persen dari keseluruhan rata-rata transaksi per bulan yang mencapai 15.000 lot. Tahun depan, perseroan menargetkan transaksi multilateral bisa tembus 30 persen dari keseluruhan transaksi.

Sebagai pialang dan salah satu pemegang saham BBJ, JAB mengupayakan peningkatan transaksi multilateral, agar lebih banyak pelaku usaha yang menerima manfaat dari adanya pasar bursa berjangka.

Jacob mengatakan, caranya adalah dengan membuat produk yang lebih marketable, dan mendiversifikasi produk sehingga menjangkau pasar yang lebih luas.

Saat ini tengah menyusun spesifikasi yang lebih kecil untuk komoditas emas, yang terdiri dari 5 gram per lot, 10 gram per lot, dan 25 gram per lot. Dengan satuan yang lebih kecil, diharapkan komoditas tersebut bisa dipasarkan secara retail.

Selain emas, dua komoditas lainnya yang sedang diajukan ke otoritas Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), yakni karet dan kopi.

Sedikit bocoran, nantinya komoditas kopi diperdagangkan dengan satuan 5 ton per lot. “Target kita akhir tahun 2013 ini persetujuan dari komoditas yang diajukan masuk bursa berjangka sudah disepakati otoritas,” ujarnya.

Jacob berharap bursa berjangka di Indonesia nantinya bisa menjalankan fungsi bursa yaitu sebagai pembentukan harga (price discovery) serta referensi harga (price reference). Asal tahu saja, saat ini masih banyak komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka di Indonesia mengacu pada harga pasar internasional seperti yang ada di bursa London, New York, dan Amsterdam. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara produsen terbesar untuk beberapa jenis komoditas seperti kopi, karet, emas, timah, dan batubara.

“Fungsinya bursa berjangka di Indonesia yaitu agar kita mempunyai pegangan referensi lokal, nantinya regional,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com