Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang-peluang Baru di Balik Sampah

Kompas.com - 25/11/2013, 13:10 WIB

Sampah Perumahan

Yang sedikit butuh kerja keras adalah bagaimana menggerakkan roda-roda bisnis sampah perumahan. Ini sebenarnya biasa saja seperti orang yang membuka restoran, yaitu harus ada orang yang rela membangun kepercayaan.

Ibarat membangun restoran, maka setahun-dua tahun bisa saja anda belum menangguk untung. Namun karena dikerjakan oleh orang-orang yang biasa memperoleh gaji tetap, bisnis ini seringkali ditinggalkan justru sebelum menjadi “bisnis” yang profitable.

Masalahnya, di daerah perumahan tak semua orang mau membayar agar sampahnya diolah. Belum lagi resistensi dari pihak tertentu yang mengetahui sampahnya diolah di dekat rumah mereka sendiri.

Jadi semua itu butuh upaya ekstra. Butuh proses untuk membangun platform network, membangun cashflow dan yang terpenting memanjangkan asa. Nanti kalau sudah berjalan, bisnis yang dimodali Rp 100 juta-Rp 200 juta rupiah ini pasti akan menjadi perhatian publik, dan semua yang dikumpulkan akan mendatangkan uang.

Sumber penghasilannya mulai dari kompos, energi biomassa, plastic recycle, pakan perikanan, dan seterusnya, di samping upah pungut sampah dari perumahan. Gagasan-gagasan baru pun akan bermunculan, dan komunitas-komunitas yang lebih luas akan berdatangan kepada anda meminta agar anda menangani sampah di komunitas mereka.

Di penghujung tahun 2013 ini hendaknya kita menyadari, bahwa pada tahun 2008 bangsa ini telah mengudang-undangkan tentang Pegolahan Sampah (UU No 18/2008). Setelah itu, pada tahun 2010, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Perpu No 33/2010 tentang Pedoman Pengolahan Sampah.

Keduanya, mengatur tentang bagaimana “Serangan Sampah” harus diatasi dengan cara-cara baru di seluruh pelosok tanah air. Sayangnya, 5 tahun setelah UU itu diberlakukan, hampir semua pemerintah daerah terlihat cuek saja. Padahal di balik musibah ini ada peluang bisnis yang besar.

Dan kalau pemerintah kota/ kabupaten diam saja, Anda pun bisa bergerak cepat mengambil kesempatan sebelum kita semua frustasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com