Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Nilai BI Rate Bukan Lagi "Obat Kuat" bagi Rupiah

Kompas.com - 02/12/2013, 21:12 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Agustinus Prasetyantoko menyatakan, masalah yang terjadi pada nilai tukar rupiah tak hanya dipengaruhi faktor fundamental, tetapi juga sentimen.

Menurut dia, nilai tukar rupiah berada pada posisi mendekati Rp 12.000 per dollar AS, bahkan sudah lebih dari itu di spot. Prasetyantoko menjelaskan hal itu terkait erat dengan sentimen terhadap perekonomian Indonesia.

"Jadi kalau ada sentimen yang lebih buruk, sentimen bisa datang dari mana-mana, tidak dari ekonomi saja, tetapi juga dari politik dan sebagainya. Itu akan lebih buruk lagi. Dan kalau itu memburuk lebih jauh lagi, rupiah itu akan menjadi warning bagi kita karena bisa ke mana-mana dampaknya," ujarnya, Senin (2/12/2013).

Karena pelemahan rupiah adalah fundamental, maka sebetulnya "obat" yang dibutuhkan bukanlah suku bunga. Suku bunga, kata dia, justru memberi dampak yang implikasinya negatif pada faktor struktural meskipun diperlukan untuk mengerem inflasi.

"Kalau dalam pemikiran sederhana itu, kan, BI Rate sudah 7,5 persen, rupiah tetap hampir Rp 12.000. Namun asumsinya apakah kenaikan BI Rate mengakibatkan pelemahan rupiah? Tentu saja bukan, tetapi pemikiran umumnya begitu. Kita perlu berpikir kebijakan lain, yaitu lebih pada sektor riil," ujar Pras.

Lebih lanjut, Pras mengungkapkan, koordinasi pemerintah dengan BI jangan hanya diimplikasikan dengan Kementerian Keuangan, karena bila melihat persoalan fundamental semacam ini perlu ada kerja sama dengan kementerian teknis lainnya.

"Kita minta bahwa di satu sisi kita tidak berharap kebijakan moneter terus mengikuti market. Namun di sisi lain kita minta pemerintah dengan kompleksitas persoalannya itu juga mulai kerja, tidak harus Kementerian Keuangan saja, tetapi  kementerian teknis yang lain juga kerja untuk men-tackle persoalan itu," ujar Pras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

Whats New
Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com