Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah: Dunia Usaha Harus Manfaatkan Kerja Sama dengan Jepang

Kompas.com - 16/12/2013, 10:50 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Firmanzah mengingatkan dunia usaha nasional agar memanfaatkan kerja sama Indonesia dengan Jepang pasca-kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Jepang. Kedua negara sepakat meningkatkan kemitraan strategis di bidang perdagangan dan investasi.

“Dunia usaha lokal harus dapat menarik manfaat dari tren investasi Jepang di Indonesia. Kemitraan strategis dengan pengusaha lokal juga diharapkan dapat terus meningkat,” kata Firmanzah seperti dikutip situs Sekretariat Kabinet, Senin (16/12/2013).

Firmanzah mengimbau kalangan dunia usaha Indonesia, baik yang tergabung dalam Kadin, Apindo, Hipmi dan sejumlah Asosiasi dunia usaha lainnya secara proaktif mencari mitra kerja strategis untuk mengisi struktur industri, baik dasar, menengah maupun industri hilir.

“Bagi Indonesia hal ini semakin penting tidak hanya sebagai medium untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor nasional tetapi juga dapat mengurangi impor (import substitution) akibat meningkatnya serta beragamnya produk dan jasa yang dikonsumsi oleh kelas menengah Indonesia,” papar Firmanzah.

Ia menjelaskan, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe, Jepang memasuki babak baru dalam model pembangunan ekonomi. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 4,3 persen pada kuartal I-2013, jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2013 sebesar 1 persen, ekonomi Jepang memasuki tahapan yang lebih ekspansif dibandingkan dengan periode sebelumnya yang jauh lebih konservatif.

Firmanzah menambahkan, saat ini merupakan momentum kerja sama ekonomi terbaik yang pernah dimiliki kedua negara dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Ekspansi perusahaan Jepang dalam bentuk foreign direct investment (FDI) bertemu dengan kepentingan Indonesia untuk memperbesar investasi baik di bidang infrastruktur maupun sektor riil.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universia Indonesia itu menyebutkan, ekonomi Indonesia sendiri dapat dikategorikan sebagai ekonomi yang sedang ekspansif. Meskipun mengalami tekanan dari sisi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dan III-2013, namun ekonomi Indonesia diprediksi dapat tetap tumbuh dalam kisaran 5,6-5,8 persen sampai akhir tahun 2013. Bagi negara dengan PDB purchasing power parity di atas 1 triliun dolar Amerika Serikat, kata dia, pertumbuhan di level tersebut tergolong dalam pertumbuhan yang tinggi.

Ekspansi ekonomi Indonesia, lanjut Firmanzah, juga tercermin dari kebijakan yang mendorong industrialisasi serta hilirisasi. Setelah pemerintah Indonesia menjalankan kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui ‘keep buying policies’ selama kurun waktu 2004-2010, program percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur dicanangkan pada November 2011.

Dengan adanya MP3EI, tambahnya, Indonesia sedang mengakselerasi pembangunan infrastruktur seperti bandara, jalan tol, pelabuhan, energi serta jalur transportasi. Selain itu, sejumlah proyek di sektor riil seperti industri baja, mineral dan tambang, industri pengolahan lainnya secara intens juga terus ditingkatkan.

Firmanzah mengatakan, pada tahun 2014-2017, lebih dari 56 proyek telah ditawarkan dengan nilai investasi lebih dari 44,8 miliar dolar Amerika Serikat kepada BUMN dan pihak swasta. Kebutuhan dana yang sangat besar dalam percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur, kata dia, memberikan peluang kerja sama dan investasi di tanah air.

“Sejumlah investor Jepang juga menyatakan minat untuk melakukan investasi di bidang infrastruktur seperti ketenaglistrikan dan jalur transportasi umum,” ungkapnya.

Karena itu, Firmanzah menilai, tidak berlebihan bila hasil survei Japan bank for International Cooperation (JBIC) kepada 500 perusahaan multinasional Jepang menempatkan Indonesia sebagai ranking pertama negara tujuan investasi, dan menggeser Tiongkok sebagai destinasi utama investasi Jepang selama ini.

“Sebanyak 44,9 persen responden menyatakan Indonesia sebagai negara yang sangat menarik dimana pertumbuhan kelas menengah di Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong utamanya,” papar Firmanzah.

Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Firmanzah menyebutkan, pada kuartal III-2013, Jepang menjadi negara asal investasi pertama di Indonesia. Realisasi investasi dari Jepang mencapai mencapai 3,6 miliar dolar AS atau 17,2 persen dari total PMA.

Dengan adanya komitmen yang sangat kuat dari investor Jepang ke Indonesia, lanjutnya, maka posisi investasi Jepang akan sangat sulit digeser oleh negara-negara lain. Sejumlah investasi di bidang infrastruktur, ketenagalistrikan, geothermal, industri manufaktur, transportasi umum, industri jasa keuangan, ritel serta industri pengolahan lainnya tengah dilakukan di Indonesia.

“Hal ini menguntungkan bagi Indonesia untuk memperkuat struktur industri nasional dan penguatan daya saing nasional di masa mendatang,” kata Firmanzah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com