Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tapering" Berlaku Januari 2014, Siapkah Indonesia?

Kompas.com - 19/12/2013, 08:19 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Sentral Amerika (The Fed), Rabu (18/12/2013), mengumumkan pengurangan stimulus (tapering) akan dimulai pada Januari 2014. Berdasarkan nilai pengurangan stimulus, kebijakan itu dianggap moderat.

Pasar Amerika Serikat bereaksi positif. Sementara pasar Australia dan Asia mendapat imbas negatif dalam kategori ringan sampai sedang. Masalahnya, Indonesia ternyata tak masuk dalam kedua kategori itu.

"Indonesia tidak masuk 'keranjang' Amerika, Australia, dan Asia, tetapi masuk kategori negara-negara fragile emerging market alias pasar berkembang tetapi rentan," kata ekonom Insitute for Development of Economics and Finance, Dradjad Hari Wibowo, Kamis (19/12/2013). Bersama Indonesia dalam kategori ini adalah Turki, India, Brasil, dan Afrika Selatan.

Tapering moderat

Pengurangan stimulus ini disebut moderat, kata Dradjad, karena pengurangannya hanya 10 miliar dollar AS menjadi 75 miliar dollar AS dari sebelumnya 85 miliar dollar AS. Rincian pengurangan, sebut dia, 5 miliar dollar AS untuk pembelian mortgage-backed securities (MBS) dan 5 miliar dollar AS untuk treasury securities.

"Bagi pasar keuangan Amerika, ini kabar bagus," kata Dradjad. Bursa Amerika memang langsung melejit, bahkan hanya butuh waktu lima menit setelah pengumuman The Fed tentang dimulainya tapering. Sedangkan bagi pasar Australia dan Asia, lanjut Dradjad, dampak negatif berkadar ringan dan sedang tersebut dapat dilihat dari depresiasi kurs yang terjadi.

Bagi Indonesia dan negara-negara dalam keranjang "fragile", kata Dradjad, dampak yang akan dihadapi akan sangat tergantung pada respons pengambil kebijakan ekonomi masing-masing. Pasar kelompok negara-negara ini, ujar dia, bakal menjadi "medan pertempuran" spekulasi dari langkah The Fed ini.

Rupiah, sebut Dradjad memberi contoh, adalah mata uang yang paling anjlok nilai tukarnya sejak wacana tapering mencuat. Meskipun, faktor pendorong terus melemahnya rupiah sepanjang 2013 juga berasal dari defisit neraca perdagangan yang terjadi sejak November 2012. "Karena pasar 'fragile' ini menjadi lahan spekulasi, mau tak mau rupiah masih akan terdepresiasi."

Beri pelajaran pada spekulan

Menurut Dradjad, selama masa spekulasi menyusul keputusan The Fed diperkirakan akan terdepresiasi pada rentang 0,3 sampai 1,5 persen. "Penting bagi Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk mengambil langkah untuk mengurangi lama dan besarnya spekulasi," kata dia.

"Dugaan saya, rupiah masih akan 'dimainkan' hingga pekan pertama Januari 2014," sebut Dradjad. Bila Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan mampu memberi pelajaran pada para spekulan, kata dia, rupiah diperkirakan masih akan mampu bertahan di bawah level Rp 12.500 per dollar AS.

Rupiah, lanjut Dradjad, punya peluang besar untuk menguat bila pembayaran semua utang luar negeri swasta bisa dilunasi pada 31 Desember 2013. "Namun bila Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan gagal 'memberi pelajaran' pada spekulan, rupiah bisa tembus melebihi Rp 12.500 per dollar AS dan akan semakin sulit kembali ke rentang Rp 11.500 sampai Rp 12.000 per dollar AS," papar dia.

Cara efektif untuk memberi "pelajaran" kepada para spekulan, kata Dradjad, hanya ada satu. "Bawa masuk dollar AS," sebut dia. "Semua kebijakan harus diarahkan ke sana. Bawa dollar AS masuk!"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com