Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekanan Berlanjut pada 2014

Kompas.com - 21/12/2013, 09:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25-50 basis poin pada triwulan I-2014. Langkah itu untuk menghadapi tekanan global dan domestik yang berlanjut dari tahun 2013.

Prediksi itu dipaparkan Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti di Jakarta, Jumat (20/12). ”Kenaikan BI Rate mungkin akan dilakukan BI, maksimal 50 basis poin (bps). Kami memperkirakan kecenderungannya 25 bps,” kata Destry.

Tekanan global itu antara lain dari membaiknya perekonomian negara maju yang bisa memicu dana asing pergi dari pasar keuangan Indonesia. Namun, tekanan global tidak akan besar.

Justru tekanan domestik harus diperhatikan. Pemerintah harus menunjukkan tindak lanjut dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan.

Menurut Destry, jika BI menempuh langkah menaikkan BI Rate, hal itu menjadi sinyal bahwa bisnis tidak bisa lagi dilakukan seperti biasa.

Namun, kenaikan BI Rate akan berdampak umum. Seluruh sektor akan terpukul. Padahal, sumbangan defisit tidak terjadi dari semua sektor. ”Mestinya kalau BI Rate dinaikkan, juga diikuti dengan kebijakan parsial yang lebih mengena,” kata Destry.

Misalnya, sektor otomotif yang saat ini masih tumbuh tinggi. Aturan uang muka minimal pembelian kendaraan bermotor yang diterbitkan BI ternyata tidak mampu mengerem pertumbuhan kendaraan bermotor.

Otomotif adalah salah satu sektor yang masih memiliki komponen impor. Di sisi lain, bertambahnya kendaraan bermotor berarti meningkatkan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Padahal, minyak mendominasi impor utama sekaligus sumber defisit transaksi berjalan.

Selain BI, pemerintah juga harus berupaya konkret dan realistis dalam meningkatkan ekspor dan menekan impor. Strategi industri perlu disempurnakan. Apalagi ekspor manufaktur dan proporsinya terhadap produk domestik bruto (PDB) berkurang.

Proporsi ekspor manufaktur terhadap PDB sebesar 47 persen tahun 2011 atau turun menjadi 44 persen tahun 2012. Nilainya berkurang dari 126,65 miliar dollar AS tahun 2011 menjadi 118,31 miliar dollar AS tahun 2012.

Proyeksi ekonom Bank Mandiri untuk akhir tahun 2014 nilai tukar rupiah Rp 11.400 per dollar AS. Adapun inflasi akan terjaga pada 4,96 persen dan BI Rate sebesar 8 persen.

”Defisit transaksi berjalan diperkirakan mencapai 2,7 persen PDB tahun 2014,” kata Destry.

Tjandra Lienandjaja, Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, mengemukakan, secara umum sektor yang masih direkomendasikan untuk pasar modal tahun 2014 adalah perkebunan dan konsumsi.

”Jika BI memutuskan mempertahankan BI Rate, sejumlah sektor yang sensitif terhadap suku bunga akan membaik lagi,” kata Tjandra. Sektor yang dimaksud adalah perbankan, properti, dan konstruksi.

Beri sinyal

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan hal ini dalam ”Proyeksi Ekonomi Tahun 2014 Apindo” di Jakarta menegaskan, pemerintah harus memberi sinyal positif dengan mengeksekusi kebijakan yang bisa menenangkan pasar.

”Apindo memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sekitar 5 persen karena dampak ekonomi global dan persoalan di dalam negeri seperti upah minimum dan kenaikan biaya energi,” ujar Sofjan yang didampingi pengurus Apindo antara lain Anton J Supit, Chris Kanter, Soebronto Laras, dan Shinta Widjaja Kamdani. (idr/ham)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com