Oleh Gina Nur Maftuhah
KOMPAS.com - Meskipun tahun 2013 lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpeleset dalam dan belum kembali ke posisinya, semua orang yakin akan kinerja emiten dan indeks Indonesia. Membeli dan menyimpan saham untuk berinvestasi, masih paling menjanjikan dan memberi gain besar.
Di tahun 2013, IHSG sempat mencatat rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan menembus angka 5.217,13 pada bulan Mei. Saat itu, volume transaksi di bursa mencapai Rp 7,709 triliun. Namun, ketika wacana tapering off mengemuka, IHSG rontok dan berbalik arah menjauhi level 5.000 semenjak bulan Juni. Memasuki Juli 2013, IHSG sudah terkapar di sekitar 4.600 dan enggan tancap gas.
Belajar dari kondisi tersebut, ada baiknya lebih selektif lagi memilah-milah kantong saham Anda. Utamanya untuk melihat saham apa yang tetap akan memberikan performa maksimal di situasi sulit sekalipun.
Untuk memberikan gambaran di tahun 2014, Desember 2013 lalu, kami mengundang enam analis dari lima sekuritas di Tanah Air berdiskusi tentang saham apa yang layak koleksi. Mereka adalah Presiden Direktur Samuel Aset Management Agus B Yanuar; Kepala Analis Universal Broker Satrio Utomo; Kepala Analis Buana Capital Marolop Alfred Nainggolan; analis saham SucorInvest Ishfan Helmy dan juga pengamat pasar modal dan juga Executive Treasury Karya Salemba Empat Debby R Handojo. Sementara ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih lebih memberikan bagaimana kondisi makro ekonomi Indonesia di tahun politik.
Semua sepakat, bahwa di tahun pemilu, saham-saham yang berbasis konsumsi dan demografi Indonesia, akan menunjukkan taringnya. Apa saja jagoan saham mereka? Berikut irisannya yang kami pilihkan untuk Anda:
1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
MARKET CAP Rp 23,05 triliun
p/e ratio 16,62
ROE 16,9 persen
Saham bank besutan Grup Djarum ini memang sudah beberapa waktu lalu masuk ke dalam deretan saham blue chips karena performanya. Banyak sekuritas baik dari dalam dan luar negeri pun memburu dan mencermati saham BBCA ini. Selama 2013 lalu, saham BBCA berhasil tumbuh 4,39 persen.
Secara fundamental, BBCA masih menampakkan kinerja yang solid. Di kuartal ketiga tahun 2013 lalu, Bank yang digawangi Jahja Setiaatmadja sebagai Direktur Utama ini berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp10,36 triliun. Perolehan laba bersihnya ini naik 25,2 persen dibandingkan dengan perolehan labanya di periode yang sama tahun 2012 lalu. Perolehan laba BBCA ditopang oleh kenaikan fee based income dan transaksi derivatif yang masing-masing naik 18 persen dan 30,1 persen.
Secara keuangan, kinerja BBCA sangat solid dengan margin laba bersih atau net interest margin (NIM) di angka 6 persen, return of asset (ROA) 3,7 persen, rasio kecukupan modal (CAR) 18,25 persen, loan to deposit ratio (LDR) 73,9 persen dan rasio kredit macet (NPL) gross di 0,5 persen.
Agus dan Ishfan merekomendasikan Anda untuk memastikan bahwa saham BBCA ada di dalam kantong belanja. Menurut Agus, secara fundamental, BBCA masih memiliki banyak peluang untuk tumbuh di 2014. BBCA memiliki CAR yang masih tinggi. Apalagi, jika dilihat LDR-nya, posisi BCA masih sangat aman dibandingkan dengan perbankan lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.