Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 10 Saham Pilihan yang Layak Koleksi di Tahun Politik

Kompas.com - 20/01/2014, 10:02 WIB

Isfhan menambahkan, aksi TLKM yang berencana meningkatkan nilai aset (unlock value) terhadap anak usahanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) juga semakin menarik investor di tengah volatilitas pasar. Debby Hananto juga berpendapat sama. Menurutnya, salah satu rencana TLKM untuk melepas saham Mitratel di tahun 2014 ini, akan membuat kinerja Telkom makin optimal.

Isfhan merekomendasikan BUY saham TLKM di Rp2.250. Di Rp2014, level bullish TLKM bisa menembus Rp2.650.

Namun, terkait saham TLKM, Marolop punya anggapan beda. Menurutnya, saham TLKM justru akan bearish di tahun ini. Masyarakat, sebut dia, masih akan gemar belanja smartphone. Meskipun begitu, pasar ope­rator telekomunikasi sudah terbagi rata sehingga tidak membuat TLKM bisa mencetak laba tinggi. Apalagi, ­bayang-bayang kondisi nilai tukar yang masih akan bergerak bebas masih menghantui Telkom. Maklum, belanja modal perusahaan ini masih didominasi oleh dolar.

4. PT Indocement Tunggal Prakarsa tbk (INTP)
MARKET CAP Rp14,31 triliun
p/e ratio 71,59
ROE 16,7 persen

Secara keuangan, emiten yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Birchwood Omnia Limited, Inggris ini memang memiliki kinerja aduhai di sembilan bulan pertama lalu. Banyaknya proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah­ maupun juga pembangunan properti di Tanah Air, membuat kinerja INTP naik.

Tahun ini, sektor properti diprediksi akan sedikit tertekan. Namun, tidak dengan emiten semen seperti INTP. Ishfan menganggap bahwa efisiensi yang dilakukan INTP seperti penghematan di belanja modal dan kuatnya posisi kas INTP membuat dia unggul dibandingkan emiten sejenis seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Semen Holcim Indonesia (SMCB). Dari segi keuangan, margin laba kotor (EBITDA) INTP di angka paling tinggi sebesar 38 persen. Margin EBITDA SMGR di angka 35 persen dan SMCB di 30 persen.

Rencana pembangunan pabrik semen baru yang dilakukan INTP di Citeureup, Jawa Barat senilai Rp 5 triliun akan membuat kapasitas produksi semennya naik. Apalagi, INTP membiayai pembangunan pabrik tersebut dengan biaya internalnya. Posisi kas INTP di Rp11 triliiun, memang besar. Karena itu, Ishfan optimis di tahun ini, INTP bisa meraih kenaikan penjualan sampai dua kali lipat dibandingkan di tahun 2013 sebesar Rp30 triliun dari sebelumnya Rp 17,3 triliun. Laba bersih pun otomatis akan naik dua kali lipat mencapai Rp9 triliun.

INTP sebelumnya, di kuartal tiga lalu, beban pokok pendapatan meningkat menjadi Rp 7,08 triliun dari sebelumnya Rp6,52 triliun. Laba usaha naik menjadi Rp 4,43 triliun dari sebelumnya Rp 4,15 triliun.

Sementara itu, total aset INTP melambung 7,49 persen menjadi Rp 24,60 triliun dari sebelumnya Rp 22,76 triliun.

Analis kami yang sepakat dengan pendapat Ishfan ini adalah Satrio Utomo. Satrio memprediksi bahwa di tahun 2014, INTP akan bergerak di rentang harga Rp 21.500-Rp 25.000. Sedangkan Ishfan lebih optimis de­ngan menargetkan harga INTP di Rp 26.000.

5. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
MARKET CAP Rp 19,6 triliun
p/e ratio 37,22
ROE 74,2 persen
Semua analis saham yang kami undang sepakat, salah satu sektor saham yang akan bersinar di tahun ini, adalah yang bergerak di sektor konsumsi. Hal ini karena konsumsi domestik, masih menjadi penopang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dan bicara konsumsi, Unilever adalah blue chips yang banyak jadi incaran. Berbagai produk konsumsi yang dipakai sehari-hari, seperti perlengkapan mandi dan kosmetik yang diproduksinya memang menarik. Tak heran, di kuartal tiga lalu, Unilever berhasil mengantongi laba bersih Rp 4,09 triliun atau naik 12 persen dari posisinya yang sama tahun lalu.

Kenaikan laba bersih Unilever Indonesia ditopang oleh kenaikan pendapatan bersih sebesar Rp 23,03 triliun atau naik 13,23 persen dibanding periode yang sama 2012 senilai Rp 20,34 triliun.

Agus merekomendasikan untuk membeli saham UNVR karena harganya akan bisa menembus Rp29.000 di akhir tahun 2014. Sementara Satrio Utomo memproyeksikan saham Unilever sanggup melesat mencapai Rp 32.000-Rp 35.000.

Meski begitu, Marolop berpendapat, saat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi, kurang pas berinvestasi di saham UNVR tersebut. Memegang UNVR, sebut dia, hanya akan mendapatkan dividen tetapi tidak capital gain. Secara pergerakan saham, UNVR akan bergerak konstan. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5 persen, Marolop meminta investor untuk “bermain berani” dengan mengkoleksi saham yang lebih menantang seperti PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA).

6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ICBP)
MARKET CAP Rp 5,74 triliun
p/e ratio 24,7
ROE 14,4 persen
Selain saham Unilever, raja sektor konsumsi di Indonesia tak lain dan tak bukan adalah ICPB. Beberapa analis kami sepakat, apapun yang terjadi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, 200 juta lebih penduduk Indonesia tidak akan lupa untuk membeli makan. Di dalam hal ini, emiten produsen mi instan Indomie ini jelas sangat diuntungkan.

Dalam sembilan bulan pertama di tahun 2013, ICBP mencatat kenaikan laba bersih menjadi Rp1,88 triliun atau naik 12 persen dari periode yang sama tahun 2012. Penjualan mi instan, masih berkontribusi paling besar ter­hadap laba ICBP sebesar 68 persen.

Beberapa tahun terakhir,saham ICBP milik Antony Salim ini telah menjadi incaran pemain besar dari lokal dan asing. Debby menyebut, pergerakan tren pembelian makanan oleh masyarakat Indonesia dari hipermarket ke minimarket, membuat posisi ICBP di atas angin. Pasalnya, ICBP sudah menguasai rantai distribusi produk sampai ke daerah-daerah terpencil di Indonesia. Selain itu, Debby juga menambahkan, langkah ICBP yang mulai melebarkan sayap ke bisnis minuman ringan dan juga air mineral akan menjadi bisnis yang menjanjikan.

Karena itu, Agus menyarankan Anda untuk hold saham ICBP karena kenaikannya sampai satu tahun bisa mencapai 20 persen. Itu berarti, saham ICBP bisa menembus level Rp 12.000 karena di akhir tahun, ICBP masih berada di level harga Rp 9.000-Rp 10.000.

Satrio Utomo, setuju dengan prediksi Agus. Dia menyebut, level harga untuk ICBP bahkan menembus harga Rp 12.500.

7. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
MARKET CAP Rp 9,57 triliun
p/e ratio 16,71
ROE 12,6 persen
WIKA adalah satu-satunya emiten konstruksi yang masuk dalam jajaran 10 saham layak koleksi di tahun 2014. Sebelumnya, banyak pihak telah memprediksi bahwa sektor konstruksi di tahun 2014 ini akan tertekan. Naiknya harga bahan bangunan, tingginya suku bunga acuan serta pelemahan nilai tukar membuat sektor konstruksi diprediksi tidak akan tumbuh maksimal. Namun, beberapa analis kami tetap merekomendasikan WIKA masuk dalam kantong belanja Anda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com