Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 10 Saham Pilihan yang Layak Koleksi di Tahun Politik

Kompas.com - 20/01/2014, 10:02 WIB

Agus Yanuar menyebut bahwa selama ini WIKA adalah salah satu saham yang banyak dikoleksi asing. Pasalnya, secara fundamental, emiten pelat merah ini dikelola dengan cukup baik. WIKA juga rajin melakukan ekspansi usaha Seperti ke Myanmar dan Timor Leste.

Secara keuangan, laba bersih yang dicetaknya di kuartal tiga lalu yang mencapai Rp390,03 miliar atau naik 38,03 persen dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Agus menyebut bahwa pendapatan berlanjut (requiring income) dari berbagai proyek propertinya yang sudah dijual dapat menambah pundi-pundi keuangannya.

Satrio Utomo menambahkan, di tahun 2013 lalu, saham WIKA adalah salah satu saham yang sangat responsif terhadap pergerakan IHSG. Sehingga jika IHSG bullish di tahun ini, besar kemungkinannya, WIKA pun ikut terkerek naik dan bahkan berada di atas kenaikan IHSG.

Agus merekomendasikan hold saham WIKA sampai berada di level Rp 2.250. Sedangkan Satrio memprediksi di tahun ini, WIKA akan bergerak di rentang harga Rp 2.000-Rp 2.250.

8. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
MARKET CAP Rp5,71 triliun
p/e ratio 30,78
ROE 17,2 persen
Emiten yang bergerak di sektor kesehatan ini, memang memiliki momentum perge­rakan yang positif. Pasalnya, penyelenggaraan­ Sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diterapkan mulai tahun ini. Saham KLBF pun menjadi salah satu saham jagoan di lini bisnis sejenis.

Agus menuturkan bahwa selain BPJS, katalis positif dari pergerakan saham KLBF adalah struktur demografi Indonesia. Pasalnya, kenaikan kelas menengah di Indonesia serta merta membuat produk jualan Kalbe Farma seperti minuman berenergi dan multivitamin akan diburu masyarakat. Karena itu, Agus merekomendasikan untuk membeli saham KLBF dan menargetkan level harga-nya di tahun ini menembus Rp 1.485.

Dengan alasan yang sama, Ishfan juga menyarankan mengoleksi untuk saham KLBF. Ishfan bahkan terang-terang­an menjagokan saham KLBF. Di samping dikelola dengan baik, posisi KLBF sebagai market leader, yang menguasai sekitar 12 persen pangsa pasar farmasi di Indonesia jadi nilai tambah. Target Ishfan untuk saham ini adalah Rp 1.200.

Di lain pihak, Marolop memiliki pendapat berbeda. Marolop tidak merekomendasikan saham KLBF di tahun ini. Pasalnya, lini bisnis KLBF lebih banyak berada di posisi obat generik tidak bermerek yang harganya lebih mahal. Dengan adanya BPJS, emiten yang akan diuntungkan adalah emiten farmasi yang memproduksi obat generik bermerek dengan harga yang lebih murah.

9. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (ITMG)
MARKET CAP Rp3,20 triliun
p/e ratio 10,69
ROE 18,1 persen
Sepanjang tahun 2013 lalu, emiten-emiten komoditas mengalami kelesuan kinerja. Pelambatan ekonomi global menyebabkan permintaan batu bara di dunia juga melambat sehingga harganya jatuh. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut, sepanjang bulan Januari 2012 sampai September 2013, saham-saham di sektor pertambangan telah turun sebesar 80 persen.

Meski begitu, di tahun 2014, beberapa analis kami yakin harga batu bara sudah mulai rebound. Hal ini didukung oleh proyeksi beberapa pihak yang menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi China akan tumbuh di atas 7,8 persen sehingga permintaan batu bara untuk industrinya pun akan menggeliat.

Debby Handojo dan Satria Utomo sepakat, ekonomi China yang akan membaik di tahun ini dapat membuat saham ITMG pulih dan mencetak rebound. Satrio memprediksi, di 2014, ITMG bisa berada di rentang harga Rp 33.000- Rp 36.000.

Ishfan dan Alfred menyebut bahwa sepanjang tahun 2014, saham-saham di sektor komoditas masih akan tertekan. Kalaupun secara teknikal harganya akan naik, saham-saham tersebut masih belum memiliki cukup amunisi untuk rebound dan kembali menunjukkan taringnya. Sentimen perlambatan ekonomi global, masih tetap menekan saham batu bara.

Meski begitu, Satrio optimis bahwa pergerakan saham ITMG di tahun kuda emas ini akan naik dan menyentuh angka Rp 33.000- Rp 36.000.

10. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
MARKET CAP Rp1,02 triliun
p/e ratio 21,07
ROE 18,3 persen

ACES yang memegang lisensi merk ACE di Indonesia, juga diprediksi akan menunjukkan kinerja cemerlang. Pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, membuat ACE diuntungkan.

Kinerja ACES menunjukkan kinerja maksimal. Di kuartal tiga lalu, pendapatan ACES mencapai Rp 2,7 triliun. Akibat kenaikan penjualan ini, laba bersihnya pun terkerek ke Rp 313,437 miliar atau naik 12,5 persen year on year. Produk perbaikan rumah, masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan ACES sebesar Rp 1,73 triliun naik dari sebelumnya Rp 1,6 triliun. Sedangkan penyumbang pendapatan ACES lainnya adalah produk gaya hidup sebesar Rp 1,09 triliun dan produk permainan dan konsinyasi sebesar Rp 59,71 miliar dan Rp 33,37 miliar.

Ishfan menilai, ACES adalah salah satu perusahaan yang dikelola dengan baik dan fokus di satu bisnis, yaitu alat-alat rumah tangga. Naiknya pertumbuhan kelas menengah yang juga diimbangi dengan naiknya kebutuhan perumahan, membuat peluang mengkoleksi saham ACES menarik. Hanya saja, yang perlu diingat, pelemahan nilai tukar sedikit membebani gerak keuangan emiten ritel ini.

Meski begitu, di tahun depan, tambah Ishfan, ACES hanya fokus untuk menambah 10 gerainya. Angka yang menurut pandangan Ishfan sangat masuk akal, di tengah situasi ekonomi yang belum menentu. Selain itu, Ishfan juga menilai bahwa harga ACES di tahun ini yang bergerak di Rp 600-Rp 650 adalah harga diskon yang murah. Ishfan memprediksi harga ACES di Rp2 014 bisa menembus angka Rp 1.200. (Majalah Fortune Indonesia Edisi 80)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com