Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: Rasio Ideal Subsidi BBM 10 Persen dari APBN

Kompas.com - 27/01/2014, 15:03 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai komposisi total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan total subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang ada saat ini tidak pas.

"Subsidi memang penting. Tapi kalau subsidi 22 persen dari APBN itu kan berat. Idealnya sekitar 10 persen," kata Jusuf Kalla di Hotel JW Marriott, Senin (27/1/2014).

Lebih lanjut JK menilai subsidi BBM telah masuk ke rasio yang terbilang berbahaya dan belum ada tanda-tanda penurunan rasio. Sebaliknya, JK malah melihat subsidi BBM menuju tren peningkatan.

"Subsidi yang harus harus dikurangi pemerintah itu ya subsidi BBM. Tapi kalau (subsidi) beras harus tetap, pupuk juga jangan dikurangi," ungkap dia.

Alokasi subsidi BBM, kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu, lebih baik dialihkan ke sektor lainnya yang dapat mendukung pembangunan dalam negeri.

"Subsidi BBM dikurangi, bisa dialihkan ke infrastruktur. Tidak boleh masuk ke gaji pegawai dan hal lain yang tidak penting. Lebih baik masuk untuk membangun waduk, bendungan, supaya tidak banjir lagi," jelasnya.

Sekedar informasi, saat ini pemerintah Indonesia menyalurkan subsidi ke sektor energi sebesar Rp 282,1 triliun yang dialirkan ke subsidi BBM Rp 210,7 triliun dan subsidi listrik Rp 71,4 triliun.

Pada tahun 2014 ini, subsidi untuk BBM dianggarkan sebesar 22 persen dari total keseluruhan APBN yang mencapai Rp 1.842,5 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com