Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenhub Sarankan Anak Merpati Fokus ke Penerbangan "Feeder"

Kompas.com - 08/02/2014, 17:38 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyarankan anak usaha PT Merpati Nusantara Airlines agar fokus menjadi maskapai penerbangan feeder (penghubung).

Dirjen Perhubungan Udara, Kemenhub, Herry Bakti mengatakan, jika anak Merpati ingin bersaing dengan maskapai penerbangan lain, itu akan sangat sulit. "Kalau untuk feeder masih bagus. Kalau untuk narrow body susah. Dengan persaingan seperti ini, pasti susah," kata Herry, di Jakarta, Sabtu (8/2/2014).

Menurut Herry, jika dipaksakan untuk menerbangi rute-rute komersial dengan pesawat narrow body, anak Merpati akan susah bersaing dengan Sriwijaya Airlines dan Lion Air. Oleh karenanya, anak Merpati sebaiknya menjadi feeder atau maskapai yang menerbangi remote area. Itu pun, kata dia juga sudah cukup tersaingi dengan pesawat ATR milik Garuda Indonesia.

Lebih lanjut Herry memaparkan, kesiapan maskapai menerbagi sebuah rute harus disertai dengan kesiapan dari sisi keuangan. Banyak airlines yang ingin berkembang namun dari segi pendanaan tidak mumpuni. Sehingga, tujuan pun tak tercapai.

Ia mencontohkan, Pelita Air, yang tadinya berupa maskapai charter dan beralih ke penerbangan berjadwal. Tapi, akhirnya memilih kembali ke penerbangan charter. Praktisi penerbangan, Arista Atmadjati mengatakan, captive market Merpati sebenarnya sangat besar. Tercatat ada 233 bandara di Indonesia, di mana mayoritas berada di remote area.

Arista mengatakan, masih banyak rute penerbangan yang bisa digarap Merpati. Di Kalimantan, Sulawesi, dan daerah timur, lanjut dia, masih banyak bandara kecil, sedangkan operator yang melayani masih minim.

"Persaingan tidak sengit. Kalau masuk ke penerbangan dengan pesawat narrow body, ada Lion Air dan Sriwijaya. MA60 itu kan sebanding dengan ATRnya Garuda. Tapi masih banyak bandara dengan runway di bawah 1100, itu market Merpati," kata dosen aviasi Universitas Gadjah Mada itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com