Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Merpati Lepas 2 Unit Bisnisnya

Kompas.com - 10/02/2014, 13:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagai salah satu langkah penyelamatan, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) memutuskan untuk melepas dua unit bisnisnya, yakni Merpati Maintenance Facility (MMF) serta Merpati Training Center (MTC).

Direktur Utama Merpati Captain Asep Eka Nugraha menuturkan, kedua unit bisnis tersebut adalah yang potensial berkembang di Merpati. Namun, dengan kondisi seperti saat ini, ketika Merpati terlilit utang sekitar Rp 7,3 triliun, perkembangannya pun dikhawatirkan terhambat.

"Soal spinning off ini, sebenarnya adalah upaya kita melihat potensi yang besar di MMF dan MTC. Tetapi pada saat bersamaan, keterbatasan itu ada di tubuh corporate. Sehingga ini akan membatasi mereka untuk berkembang juga, makanya kita lepas," jelas Asep, di Jakarta, Senin (10/2/2014).

Asep memaparkan, utang Merpati saat ini sekitar Rp 7,3 triliun, sebagian besar di antaranya adalah utang kepada pemerintah dan BUMN. Utang Merpati kepada pemerintah tercatat sebesar Rp 2,4 triliun.

Asep mengatakan, utang sebesar itu sudah terjadi sejak lama, mulai dari ketika pemerintah memberikan pinjaman murah yang pertama kalinya untuk pengadaan pesawat CN235 (subsidiary loan agreement 1), kemudian disusul dengan pinjaman murah kedua untuk pengadaan MA60 (subsidiary loan agreement 2).

Sementara itu, utang Merpati kepada BUMN hingga saat ini tercatat sebesar Rp 2,7 triliun. Utang pajak tercatat Rp 0,873 triliun, utang swasta Rp 1,01 triliun. Sedangkan utang kepada karyawan dan dapen sekitar Rp 0,282 triliun, serta kepada pemda sebesar Rp 0,062 triliun.

"Spinning off ini sebenarnya program lama, yang di-on-kan lagi. Saat ini sedang berjalan. Izin dari kementerian juga sudah keluar. PT-nya sudah ada namanya, MMF namanya PT MMF Internasional, dan MTC namanya PT MTC," terang Asep.

Asep mengatakan, pihaknya memperhitungkan akhir Februari 2014 ini akan ada transisi fund (dana) spinning off dari MMF dan MTC. Adapun clearance dari kementerian sudah keluar.

Asep menjelaskan, Merpati saat ini tinggal menunggu penunjukan PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) untuk dapat menggunakan dana restrukturisasi dan revitalisasi (RR) untuk mengambil alih dua unit bisnis Merpati.

"Dan itu sudah ada alokasinya, untuk men-serve kebutuhan primer, seperti asuransi, people, lessor, dan fuel," kata dia.

Sayangnya, Asep belum tahu berapa dana yang disediakan PPA atau dana RR untuk dua unit bisnis Merpati. Sebelumnya, Ketua Forum Pegawai Merpati, Sudiyarto, menilai penjualan MMF dan MTC bukan solusi tepat.

"Ketika aset dijual, MMF dijual, ketika pesawat kita rusak dibenerin di bengkel kita sendiri itu gratis kan. Tapi, kalau benerin di bengkel orang lain kan harus bayar," terang Sudiyarto, saat ditemui di Senayan, Selasa (28/1/2014).

"Yang betul adalah pilih pemimpin yang bisa dipercaya banyak pihak sehingga tidak harus menggunakan uang negara," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com