Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Pasar Potensial, tetapi Masih Dihantui Banyak Tantangan

Kompas.com - 13/02/2014, 14:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia dinilai sebagai pasar yang potensial bagi investasi. Executive Director Marketing Effectiveness Nielsen Regional Matthew Krepsik mengatakan, pertumbuhan Indonesia secara umum sangat pesat dan luar biasa.

"Indonesia dilihat sebagai pasar dengan pertumbuhan yang tinggi. Seluruh dunia saat ini memandang Indonesia," kata Matthew pada acara Nielsen Consumer 360 di Jakarta, Kamis (13/2/2014).

Potensi Indonesia untuk terus tumbuh, lanjut Matthew, sebenarnya sangat besar. Ini karena bertumbuhnya golongan masyarakat kelas menengah (middle class) yang berdampak pada daya beli dan permintaan akan barang dan jasa yang meningkat pula.

"Akan tetapi, pertumbuhan Indonesia tidak mudah. Banyak tantangan yang dihadapi Indonesia agar terus tumbuh," ujar dia.

Tantangan pertama, menurut Matthew, adalah konsumen yang semakin cerdas. Ini ada kaitannya dengan meningkatnya golongan masyarakat kelas menengah yang tentu saja memiliki kebutuhan yang semakin beragam.

"Potensi terbesar pertumbuhan Indonesia adalah masyarakat. Konsumen yang semakin cerdas, mereka mencari hal-hal baru setiap waktu. Mereka menuntut lebih banyak, mereka meminta lebih banyak pula. Mereka tahu apa yang mereka inginkan," jelas dia.

Selanjutnya, volatilitas ekonomi pun turut menjadi tangangan bagi pertumbuhan Indonesia lebih lanjut.

Matthew mengungkapkan, tantangan ekonomi terbesar yang dihadapi Indonesia adalah inflasi dan defisit transaksi berjalan. "Yang menjadi persoalan dan solusi yang harus diambil adalah bagaimana beradaptasi dan memitigasi tantangan-tantangan ekonomi ini," ujar dia.

Lanskap dalam bersaing pun diakui Matthew menjadi tantangan. Saat ini seluruh dunia, termasuk para investor, memandang Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial. Seluruh perusahaan di dunia, kata dia, melihat ke arah Indonesia. Namun, negara-negara lain pun tidak kalah menariknya dibandingkan Indonesia di berbagai aspek.

"Mereka (perusahaan dan investor) akan dapat mem-branding dan menjual produk mereka secara masif di Indonesia. Tapi ini terjadi di seluruh dunia, tidak hanya Indonesia. Ini juga terjadi secara global," kata Matthew.

Oleh karena itu, Indonesia harus dapat "bertarung" dan memiliki berbagai macam persiapan untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. "Ini adalah masalah bertarung untuk meyakinkan dan mempertahankan pertumbuhan," kata Matthew.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com