Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Perbanas: Harusnya Saya Dipanggil Timwas Century

Kompas.com - 22/02/2014, 09:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, seharusnya Timwas Century DPR memanggil dirinya, untuk mengetahui sisi informasi lain mengenai situasi perekonomian dan perbankan pada saat krisis finansial tahun 2008, serta kasus Bank Century.

"Selama ini, sebagai ketua Perbanas, Saya belum pernah dipanggil Timwas Century DPR. Padahal untuk mengetahui situasi perbankan pada saat itu, DPR harusnya mengundang seorang bankir. Mungkin karena pemikiran saya tidak sejalan dengan apa yang diinginkan Timwas. Saya siap dipanggil kapanpun," ungkap Sigit Pramono saat mengadakan diskusi dengan media di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2014).  

"Mari kita pisahkan, menyelamatkan Bank Century dengan masalah yang ada di Century itu sendiri," tambah dia.

Mantan Direktur Utama BNI ini menganalogikan pesawat yang terbang pada saat langit cerah, namun mengalami turbulensi, di mana orang di darat melihat ke pesawat seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal penumpang di dalam pesawat mengalami guncangan yang hebat. Itulah kondisi krisis finansial yang terjadi pada 2008, yang membuat resah kalangan perbankan.

"Bank sehat seperti BNI pun perlu suntikan likuiditas. Tiga bank besar seperti Mandiri, BNI dan BRI mendapat suntikan likuiditas sebesar Rp 15 triliun. Masing-masing dapat berapa, saya tidak tahu," lanjut dia.

Sigit mengatakan, likuiditas itu seperti jantung kekurangan darah yang bisa menyebabkan stroke. "Jadi, ketika ada kekurangan likuiditas, maka perbankan mengalami kolaps," ucapnya.

Sigit menilai, penyelamatan Bank Century merupakan langkah yang tepat, karena untuk menyelamatkan uang nasabah dan menghindari kemungkinan efek domino memburuknya perekonomian nasional di tengah krisis finansial global.

"Yang sering kita lupa ini bukan menyelamatkan bank, tapi menyelamatkan dana nasabah," kata dia.

Perlu dicatat, lanjutnya, bailout untuk Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun bukanlah dana dari APBN, melainkan dana dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), di mana dana tersebut merupakan premi dari bank-bank peserta LPS. "Uang Rp 6,7 triliun tersebut tidak hilang, wujudnya bisa dilihat sekarang, yaitu Bank Mutiara," ujarnya.

Sigit mengungkapkan, jika ketika krisis para pemangku kebijakan dipermasalahkan, maka tidak ada pejabat yang mau mengambil kebijakan. "Mau jadi apa negara ini nanti, kecuali jika ada yang mengambil keuntungan pribadi atas kebijakan yang telah ditetapkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com