Dalam audiensinya dengan Fraksi PDI-Perjuangan, Ketua FPM Sudiyarto menjelaskan, jika unit bisnis perawatan tersebut ada di pihak lain, yang terjadi adalah tambahan biaya perawatan pesawat. Jika MMF tetap dimiliki induknya, perawatan pesawat tidak mengeluarkan banyak biaya.
"Kami beranggapan PPA tidak berpihak pada Merpati. PPA ingin akuisisi dan ambil alih MMF. FPM beranggapan tidak setuju dilepas (ke PPA). Dahlan Iskan dan direksi ingin menghancurkan Merpati," katanya, Senin (17/3/2014).
Selain dua unit bisnis tersebut, lanjut Sudiyarto, sebenarnya Merpati masih memiliki anak usaha yang potensial, yakni PT Prathita Titan Nusantara (PT PTN), yang bergerak di lini bisnis jasa groundhandling.
Sudiyarto mengatakan, dirinya bukan tidak mengerti tujuan spinning off adalah menyelamatkan unit usaha Merpati yang sehat. Namun, menurutnya, jika dua unit bisnis, dan mungkin, kata dia, PTN pun diakuisisi PPA, maka induk Merpati akan mati secara perlahan.
"Kalau saya lihat, Merpati, sebagai induk perusahaan, akan dimatikan pemerintah, dalam hal ini Kementerian BUMN. Yang punya potensi akan dihidupkan PPA. Karyawan yang disenangi direksi akan dipekerjakan di sana," ujarnya.
Sebagai informasi, pemerintah mengupayakan lima garis penyelamatan Merpati, yakni kerja sama operasi (KSO), penjualan unit bisnis, divestasi aset, pembentukan anak usaha baru, serta debt to equity swap atau konversi utang menjadi saham.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.