Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Mana Arah The Fed Menyeret Ekonomi Dunia?

Kompas.com - 20/03/2014, 05:36 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com — Bank Sentral Amerika (The Fed) punya gubernur baru per Maret 2014 ini, Janet Yellen. Pada pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC) pertama yang dipimpin Yellen, Rabu (19/3/2014), beberapa proyeksi ekonomi pun berubah. Ke mana ekonomi dunia akan terbawa perubahan ini?

Perubahan pertama adalah rencana The Fed segera menaikkan suku bunga acuan (Fed rate) dari rekor level terendah yang mereka patok sejak 2008 di angka 0,25 persen, bila memungkinkan. Sebelumnya para analis memperkirakan Fed rate baru akan naik pada pertengahan bahkan menjelang akhir 2015.

Kedua, tapering alias pemangkasan stimulus untuk pembelian obligasi negara akan diperbesar nominalnya, dari 10 miliar dollar AS menjadi 55 miliar dollar AS, mulai April 2014. Terkait pemulihan ekonomi Amerika yang dihantam efek bola salju skandal subprime mortgage pada 2008, The Fed mengucurkan stimulus berupa quantitative easing senilai 85 miliar dollar AS per bulan mulai September 2012.

Stimulus itu digunakan untuk membeli obligasi Negara Amerika Serikat, dengan tujuan menekan suku bunga serendah mungkin sebagai cara menggerakkan perekonomian. Sepanjang kebijakan ini berlaku, dunia mengalami era "dollar murah". Hingga, tanpa pertanda, pada pertengahan Mei 2013 Gubernur The Fed sebelum Yellen, Ben Bernanke menyinggung rencana The Fed segera melakukan tapering.

Pada saat bersamaan, The Fed menyatakan tak akan lagi menggunakan data angka pengangguran sebagai salah satu indikator untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengubah kebijakan terkait suku bunga acuan. "Seiring kebijakan ini, (The Fed) akan mengambil kebijakan seimbang dengan tujuan menjalankan kerja maksimum dan (target) inflasi 2 persen," ujar pernyataan The Fed, sebagaimana dikutip CNN.

Yellen, seperti dikutip Associated Press, mengatakan, angka pengangguran tak lagi menjadi indikator karena data yang dimunculkan bisa bias. Menurut dia, tak turun signifikannya angka pengangguran akhir-akhir ini bukan karena tak tersedia lapangan pekerjaan di Amerika Serikat, tetapi karena para pencari kerja berhenti mencari pekerjaan.

Orang yang tak bekerja dan tak lagi mencari kerja, menurut Yellen harus dihapus dari kelompok pengangguran. Dengan demikian, kata dia, angka pengangguran pun seharusnya sudah turun. Sebelumnya The Fed memperkirakan angka pengangguran pada 2014 akan ada di kisaran 6,5 persen. Namun, angka pengangguran pada Februari 2014 tercatat 6,7 persen. Perkiraan terbaru The Fed yang dirilis Rabu adalah 6,1 persen.

Meski demikian, kata Yellen, kondisi pasar tenaga kerja tetap akan menjadi salah satu informasi yang The Fed pantau secara luas sebagai pertimbangan keputusan terkait suku bunga acuan, bersama data inflasi dan ekonomi lainnya.

Dalam konferensi pers, Rabu, Yellen mengatakan suku bunga acuan masih akan dipertahankan rendah untuk jangka waktu tertentu, seiring pemangkasan yang lebih besar atas kucuran stimulus.

Pasar ketakutan

Segera setelah pernyataan Yellen dan hasil pertemuan FOMC, pasar bereaksi negatif. Mereka menginterpretasi "waktu yang cukup" menurut Yellen adalah kisaran enam bulan dari sekarang. Pada perdagangan Rabu sore waktu setempat, bursa Dow Jones langsung melorot lebih dari 100 poin.

The Fed mengatakan tapering akan tetap di kisaran 10 miliar dollar AS per bulan kecuali bila perekonomian membaik secara sangat signifikan. Mereka menyatakan lebih lambatnya perbaikan ekonomi Amerika kali ini juga adalah imbas dari cuaca buruk yang secara ekstrem menerpa Amerika, terutama di kawasan timur.

Menurut Yellen, cuaca buruk tersebut merupakan penyumbang serentetan pelemahan ekonomi sepanjang awal 2014. The Fed berharap memasuki musim semi, perekonomian pun akan lebih cerah. "Sebagian besar pejabat The Fed berharap ekonomi membaik pada kuartal kedua," ujar dia.

Hanya satu anggota The Fed yang terang-terangan menolak proyeksi baru di bawah kepemimpinan Yellen. Dia adalah Narayana Korcherlakota, Presiden The Fed Minneapolis. Menurut dia arah kebijakan ini akan melemahkan kredibilitas The Fed dan menimbulkan ketidakpastian.

Seperti dikutip dari AFP, hasil pertemuan The Fed langsung "berbuah" penurunan di semua indeks pada penutupan perdagangan Rabu. Dow Jones, ditutup turun 114,02 poin atau 0,7 persen di level 16.222,17. Lalu S&P 500 turun 11,48 poin atau 0,61 persen ke level 1.860,77, sedangkan bursa teknologi Nasdaq Composite Indekx turun 25,71 poin atau 0,59 persen ke level 4.307,6.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com