Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Mana Arah The Fed Menyeret Ekonomi Dunia?

Kompas.com - 20/03/2014, 05:36 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sebelum penutupan, Dow Jones sempat terguncang dengan pernyataan Yellen, mencapai level terendah 16.126,29, sebelum sedikit membaik saat penutupan pasar. Menurut Michael James, Managing Director Wedbush Securities, persepsi perkiraan waktu pernyataan Yellen jauh lebih cepat daripada ekspektasi pasar.

Namun, Hugh Johnson dari Hugh Johnson Advisors mengatakan pasar telah salah menangkap pernyataan Yellen. "Respons spontan pasar berlebihan," ujar dia. Pendapat Johnson terbukti dengan berhentinya aksi jual beberapa saat menjelang penutupan, seiring munculnya kesadaran pasar bahwa Yellen tak mengatakan hal yang spesifik dan berbeda dengan ekspektasi pasar.

Meski demikian, harga obligasi Negara Amerika tetap saja jatuh menyusul pernyataan Yellen. Imbal hasil (yield) US Treasury (UST) 10 tahun naik menjadi 2,77 persen dari 2,68 persen pada perdagangan Selasa (18/3/2014). Yield UST 30 tahun pun naik menjadi 3,67 persen dari 3,63 persen. Kenaikan yield berarti penurunan harga obligasi.

Bagi dunia

Peningkatan nominal tapering apalagi bila diikuti kenaikan suku bunga acuan The Fed, bagi dunia berarti satu hal, dollar kembali menjadi barang mahal di pasaran. Mengapa? Karena instrumen keuangan di Amerika Serikat pun akan kembali lebih menjanjikan dibandingkan istrumen serupa di negara lain.

Aliran dana yang selama resesi ekonomi Amerika bertebaran ke negara dengan ekonomi berkembang akan berbalik arah kembali ke negara asalnya. Nilai tukar mata uang lain pun terancam akan kembali melemah terhadap dollar AS, kecuali negara pemilik mata uang tersebut memiliki fundamental perekonomian yang sangat kuat. Neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang melibatkan lebih dari satu mata uang juga menjadi rentan berganti arah goyangan.

Sebagaimana dikutip dari AFP, pernyataan The Fed langsung mendorong lonjakan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lain. Euro terpuruk ke level 1,3827 dollar AS dari sebelumnya 1,3932 dollar AS pada perdagangan Selasa. Yen pun melemah menjadi 102,32 per dollar AS dari sebelumnya 101,42 per dollar AS. Penguatan dollar AS juga terjadi pada poundsterling Inggris dan franc Swiss.

"Pesan The Fed untuk para investor sangat jelas," kata Kathy Lien, direktur di BK Asset Management, seperti dikutip AFP. "Hari ini, Janet Yellen mulai menetapkan ekspektasi pengetatan (moneter)," ujar dia.

"Fakta bahwa Janet Yellen berbicara tentang kenaikan suku bunga pada pertemuan pertamanya sebagai gubernur The Fed adalah bullish bagi dollar AS dan penyebutan perkiraan waktu yang spesifik membuat investor melihat target ke depan," imbuh Lien.

Situasi geopolitik di tengah terus memanasnya situasi di Ukraina juga menjadi faktor lain yang diperkirakan bakal memengaruhi perekonomian dunia. Keterkaitan Rusia dalam krisis tersebut merupakan faktor pendorongnya. Pada satu sisi, Uni Eropa dan Amerika Serikat adalah para pengguna energi terbesar dunia, sementara Rusia merupakan salah satu pemasok kakap energi.

Bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, sinyal bakal ada tapering di Amerika Serikat yang kemudian benar-benar terlaksana adalah ibarat alarm pengingat. Harapannya, aliran dana yang mengalir kencang selama resesi Amerika bukan sekadar uang lewat dari para pemilik uang yang berharap tetap menangguk untung di tengah situasi sulit di negara asalnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com