Surplus ini diperkirakan akan membuat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali mencatat surplus. "Secara keseluruhan, suplus di neraca modal pada bulan ini akan jauh lebih besar. Kami memprediksi keseluruhan neraca pembayaran akan surplus," kata Perry di Jakarta, Jumat (28/3/2014).
Lebih lanjut, Perry menjelaskan pada kuartal I 2014 nilai defisit neraca transaksi berjalan tidak akan jauh berbeda dengan kuartal IV 2013. Akan tetapi dari sisi neraca modal, arus modal berupa penamaman modal asing (PMA) maupun portofolio asing pada kuartal I 2014 terlihat sangat besar.
"Berdasarkan pemantauan kami, hingga kemarin, awal-awal Maret, arus portofolio asing ke Indonesia berjumlah hampir Rp 54 triliun. Itu jauh lebih tinggi dari keseluruhan arus di tahun 2013 yang sekitar Rp 42 triliun atau Rp 43 triliun. Jadi, kurang dari tiga bulan, arus portofolio lebih besar dari keseluruhan portofolio inflow pada tahun lalu," ujarnya.
Arus modal asing yang masuk ke Indonesia bukan hanya menyasar obligasi pemerintah, namun juga masuk ke portofolio saham. Adapun mengenai volatilitas rupiah di tengah membaiknya neraca tersebut, kata Perry, BI tetap berkomitmen menjaga nilai tukar.
"Soal perkembangan rupiah, kami tetap pada stance kebijakan kami. Tetap melakukan stabilitas sesuai dengan fundamentalnya," jelas dia.
Untuk itu, BI tidak akan mematok target nilai tukar terhadap mata uang asing. Namun jika fundamental ekonomi Indonesia terus membaik, BI akan mendorong untuk menguatkan rupiah.
"Dalam konteks ini BI akan tetap melakukan kebijakan nilai tukar yang arahnya adalah melakukan stabilisasi nilai tukar," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.