Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun PLTU Hemat Energi, PLN Gandeng Perusahaan Jepang

Kompas.com - 10/04/2014, 13:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Demi mengurangi penggunaan batubara di dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bekerja sama dengan 30 investor asal Jepang untuk membangun PLTU berteknologi Ultra Supercritical Coal (USC) alias teknologi yang menggunakan lebih sedikit batubara.

Adapun skemanya akan berbentuk Joint Crediting Mechanism (JCM) Indonesia-Jepang yang melibatkan beberapa perusahaan besar asal Jepang dan PLN. Perusahaan asal Jepang yang berminat untuk bekerjasama dengan PLN di antaranya adalah Shimizu, Mitsubishi, Yokogawa, Mitsui, Kyusu Electric, dan masih banyak lagi.

Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi PLN menjelaskan, pembangunan PLTU dengan teknologi USC memang membutuhkan dana lebih mahal.  Sebab, membangun PLTU biasa hanya habis US$ 1,5 juta per Megawatt (MW).

"Kalau membangun PLTU berteknologi USC biasanya US$ 2 juta per MW," ungkap dia kepada KONTAN, Rabu (9/4/2014).

Meski mahal, penggunaan teknologi itu akan menghemat pemakaian batubara. Itu sebabnya, teknologi ini lebih cocok untuk pembangkit berkapasitas jumbo. Misalnya  PLTU berkapasitas 600 MW, 800 MW, dan 1.000 MW.

Menurut Nasri, PLTU yang menggunakan teknologi USC ini bisa menghemat sekitar 20% penggunaan bahan bakar batubara dibandingkan dengan pemakaian batubara pada PLTU biasa. "Dengan demikian, ke depan pengeluaran PLN untuk pembelian batubara bisa lebih murah," ungkap dia.

Nasri mengungkapkan, alasan PLN bekerjasama dengan beberapa perusahaan besar Jepang itu lantaran sudah menggunakan teknologi USC dalam PLTU milik mereka. "Di Jepang dengan pembangkit seperti itu bisa menghasilkan banyak listrik tetapi hanya membakar sedikit batubara," ungkap dia.

Realisasi pembangunan PLTU ini, menurut Nasri, kini masih dalam tahap kajian. PLTU tersebut akan dibangun terutama untuk Sumatra dan daerah lain di Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan.

Nasri menambahkan, tahun ini ada tahap pelaksanaan tender dan tahun depan mulai pelaksanaan pembangunannya. Targetnya, PLTU berteknologi baru itu beroperasi paling lambat tahun 2019.

Jarman, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM,  bilang PLTU berteknologi USC sudah ada yang beroperasi, yakni PLTU Cirebon (660 MW) dan PLTU Paiton expansion (850 MW). "Yang bakal dibangun PLTU Batang (2x1.000 MW), dan PLTU Cirebon expansion (1.000 MW)," kata dia. (Rani Nossar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com