Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gas Dijual Murah ke Asing, Mending Dibeli PLN"

Kompas.com - 11/04/2014, 13:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Serikat Pekerja PLN menilai pemerintah tidak bisa mewujudkan ketahanan energi.  Pertumbuhan listrik nasional sekitar 9-10 persen per tahun membutuhkan banyak energi. Nyatanya, kata Jumadis Abda, Ketua Tim Energi Primer DPP SP PLN, pemerintah saat ini belum mampu memenuhi sumber energi primer bagi kelistrikan, semisal gas. Dampaknya, beban masyarakat untuk mendapatkan listrik pun besar.

"Dibanding dijual ke asing dengan harga murah, mending dijual ke PLN. Kalau pemerintah jual gas ke Malaysia dengan harga 6,1 dollar AS, PLN bisa beli 6,5 dollar AS. Kita ingin regulasi diubah menjadi berpihak kepada negara," ungkapnya di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Jumat (11/4/2014).

Jika PLN disediakan gas yang cukup, lanjut dia, perusahaan pelat merah kelistrikan tersebut bisa menghemat sekitar Rp 60 triliun per tahun. Harga yang cukup besar bagi negara untuk membakar solar bersubsidi.

Saat ini gas yang diproduksi di Indonesia sekitar 8.000 MMSCFD, dan hanya separuh yang digunakan domestik. Separuhnya lagi, kata Jumadis, diekspor. Padahal domestik masih butuh gas alam.

"Gas alam lebih hemat seperlima dari minyak. Minyak dunia Rp 10.000 per liter, gas Rp 2.000 setara liter," katanya.

"Jadi, pemerintah ini, minyak yang mahal kita impor, gas yang murah kita ekspor. Beban ini, yang merasakan bukan hanya PLN, tapi juga rakyat," lanjutnya.

Lantaran masih minimnya pasokan gas, PLN masih banyak membakar solar bersubsidi, disamping menggunakan batubara untuk pembangkit listriknya.

Ketua Umum SP PLN, Deden Adityadharma, memaparkan, pada 2011 PLN membakar solar subsidi sebanyak Rp 93 triliun. Angka ini naik pada 2012, menjadi sebanyak Rp 103 triliun, dan pada 2013 sedikit turun menjadi Rp 101 triliun.

Menurut Deden, jika pasokan gas tercukupi, maka PLN bisa menghasilkan listrik dengan biaya produksi Rp 600 per KWH (kilowatthour). Kalaupun dijual dengan harga Rp 700 per KWH, PLN masih untung, dan tidak perlu subsidi.

Ditemui terpisah, Manajer Senior Komunikasi Korporta PLN, Bambang Dwiyanto menuturkan, saat ini biaya produksi listrik PLN adalah Rp 1.150 per KWH, setelah kenaikan TDL terakhir. PLN menjual listrik ke masyarakat dengan harga Rp 930 per KWH.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com