Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Pelambatan Tiongkok

Kompas.com - 14/04/2014, 15:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia mewaspadai penurunan impor Tiongkok pada Maret 2014 dibandingkan Maret 2013 yang mencapai 11,3 persen. Tiongkok adalah salah satu mitra dagang utama sehingga penurunan permintaan komoditas bisa mengganggu kinerja ekspor Indonesia.

Ekspor Tiongkok juga turun sebesar 6,6 persen pada periode yang sama karena belum pulihnya perekonomian Amerika Serikat dan Uni Eropa. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Minggu (13/4/2014), menjelaskan, pemerintah masih melihat secara detail komponen ekspor Indonesia ke Tiongkok yang menurun.

”Sementara ini, yang paling terpengaruh adalah komoditas karet karena pelambatan ekonomi dan impor Tiongkok terkait dengan berbagai jenis investasi, antara lain di sektor otomotif dan elektronik,” kata Bayu.

Ekspor non-minyak dan gas (migas) Indonesia ke Tiongkok pada periode Januari dan Februari 2014 mencapai 3,3 miliar dollar AS atau sekitar 14,29 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia sebesar 11,91 miliar dollar AS. Tiongkok adalah pangsa pasar ekspor nonmigas terbesar dari Indonesia. Setelah Tiongkok, pangsa pasar terbesar ekspor nonmigas Indonesia adalah Amerika Serikat (10,73 persen) dan Jepang (9,79 persen).

”Pelambatan ekonomi dan impor Tiongkok akan berdampak kepada banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, apa yang terjadi di Tiongkok merupakan dampak kondisi ekonomi tahun lalu,” ujar Bayu.

Bayu mengaku masih optimistis bahwa ekspor Indonesia tidak akan terlalu terganggu secara kumulatif tahun 2014. ”Investasi yang terpengaruh di Tiongkok terkait tenaga kerja dan lingkungan di sana. Namun, itu tidak terkait kebutuhan pokok dan energi yang bahan bakunya banyak dari Indonesia,” ujar Bayu.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menuturkan, dampak pelambatan ekonomi dan impor Tiongkok sudah diprediksi sejak beberapa bulan lalu.

”Sejak awal pemerintah merespons perkiraan pelambatan ekonomi dan impor Tiongkok itu dengan diversifikasi negara tujuan ekspor. Namun, diversifikasi negara tujuan dan produk ekspor adalah persoalan yang rumit, tidak sesederhana perkiraan pemerintah,” kata Enny.

Struktur ekspor

Respons Indonesia terhadap pelambatan ekonomi Tiongkok belum terlalu memberi dampak karena Indonesia masih lebih banyak mengekspor komoditas primer. Indonesia mendiversifikasi pasar ekspor antara lain ke benua Afrika, beberapa negara di Timur Tengah, dan Asia. Ekspor ke beberapa negara dengan permintaan bahan baku tinggi terus digenjot. Dalam jangka pendek, peningkatan ekspor komoditas primer itu antara lain ikut berkontribusi pada surplus transaksi perdagangan pada Februari lalu sebesar 785,3 juta dollar AS.

”Surplus perdagangan Indonesia pada Februari lalu terjadi karena ada peningkatan harga komoditas primer. Namun, ini terlalu berisiko karena Indonesia bergantung pada kondisi global,” ujar Enny.

Berkaca dari pelambatan ekonomi dan impor Tiongkok, Indonesia semestinya terus berupaya agar tidak lagi bergantung pada komoditas primer. Indonesia memang tak lagi mengekspor bahan mentah tambang, tetapi ada kecenderungan Indonesia mulai bergantung pada ekspor bahan setengah jadi minyak kelapa sawit mentah (CPO).

”Ketergantungan pada komoditas primer dan bahan setengah jadi yang tidak bernilai tambah tinggi mencerminkan struktur ekspor Indonesia belum kuat. Ekspor akan semakin kuat jika Indonesia lebih banyak mengekspor produk industri,” kata Enny. (AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang Jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang Jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com