Pasalnya, karena menunggu keseriusan Antam, hingga kini pemerintah belum juga membagikan alokasi tembaga yang bisa diolah smelter. Padahal, sejak Januari 2014, Indosmelt sudah membuat Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) dengan Freeport. Akibatnya, hingga kini Indosmelt belum mendapat pasokan tembaga dari Freeport.
"Ini kan pemerintah mau fasilitasi. Harusnya diputuskan sejak bulan lalu. Tapi pemerintah nunggu lagi kesiapan Antam untuk membangun. Itu (tembaga) kan mau dibagi," terangnya berbincang dengan wartawan di JIExpo, Jakarta, Senin (14/4/2014).
Natsir yang juga wakil ketua Kadin itu memaparkan, dua perusahaan tambang besar Freeport dan Newmont memproduksi hingga 3,6 juta ton tembaga per tahun. Dari total produksi tersebut, 1 juta ton tembaga sudah jelas dipasok ke PT Smelting, Gresik. Sehingga, jika Antam jelas mengambil 1 juta ton tembaga, maka sisanya sebesar 1,6 bisa dibagi dua untuk Indosmelt, dan PT Nusantara Smelting.
"Tapi hasil rapat terakhir (bulan lalu) belum ada keputusan, karena pemerintah masih nunggu kesiapan Antam," imbuhnya. Dia pun berharap, Antam tegas jika memang mau berinvestasi di smelter bersama Freeport.
Indosmelt menargetkan tiap tahun bisa mengolah 500.000 ton konsentrat tembaga. Sebanyak 70 persen pasokan diharapkan berasal dari Freeport, sedangkan sisanya dari PT Newmont Nusa Tenggara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.