Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciptakan Green Economy, Pengusaha Kecil Butuh Dukungan Pemerintah

Kompas.com - 06/05/2014, 14:33 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Lingkungan Hidup, Perubahan Iklim dan Pengembangan Berkelanjutan, Shinta W. Kamdani, menuturkan,  kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha memiliki peranan penting dalam mengatasi perubahan iklim, dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Menurutnya, beragam regulasi pemerintah sudah dikeluarkan untuk itu. Namun, dari sisi implementasi masih kurang, lantaran sektor industri sendiri memiliki tantangan berupa keterbatasan-keterbatasan untuk memenuhi regulasi tersebut.

"Bagaimana kita menerapkan regulasi pada elemen yang berbeda-beda, perusahaan menengah, perusahaan kecil. Ini menjadi tantangan bersama," ungkap Shinta dalam diskusi panel Forest Asia Summit 2014, di Jakarta, Selasa (6/5/2014).

Pertanyaan besar yang ada di depan mata, lanjut Shinta, adalah bagaimana menciptakan green economy dengan melihat tantangan tersebut. Dia mengatakan, eksekusi dan implementasi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) salah satunya masih memerlukan penguatan dari sisi kerangka hukum dan kebijakan.

Di sisi lain, diakuinya saat ini masih banyak pembangunan industri yang justru menimbulkan konflik sosial, inefisiensi, dan lain sebagainya. "Berbagai tantangan ini harus dihadapi. Namun, kendala terbesar untuk mengatasi itu adalah financing," jelas Shinta.

Ia berpendapat, sudah selayaknya ada dukungan finansial kepada pengusaha kecil dan menengah untuk mengejar, misalnya berbagai standar dan sertifikasi berbagai macam produk. Di sisi lain, dari pelaku usahanya sendiri perlu berbenah menerapkan managemen terbaik agar mampu bersaing.

Dalam kesempatan sama, Sekjen Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto menuturkan, salah satu kebijakan pemerintah dalam merespon perubahan iklim adalah penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

Dia mengklaim, regulasi SVLK ini mendapat apresiasi dari negara-negara importir kayu dan produk kayu Indonesia. "Dibutuhkan partnership untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat lokal," kata Hadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com