“Ke depan kalau kita melihat demand transportasi, mau enggak mau harus direm. Caranya ngerem ada beberapa,” ujarnya ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Selasa (6/5/2014).
Pertama, kata dia, lakukan perjalanan hanya yang penting-penting saja. “Kalau tidak penting banget, jangan menggunakan kendaraan bermotor,” ujarnya.
Kedua, lanjut Bambang, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk aktivitas sehari-hari. Dia mencontohkan dengan melakukan telecommunicating, teleworking, pun teleshoping. “Itu sudah menjadi gaya hidup. Saya lihat sudah beberapa kantor menerapkan itu. Ke kantor hanya untuk ketemu orang. Jadi, dengan itu kita mengurangi kebutuhan trip,” jelasnya.
Ketiga, menggunakan angkutan umum sebagai sarana utama perjalanan. Bambang menambahkan, kalaupun tidak mau menggunakan angkutan umum dan lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi, disarankan menggunakan kendaraan pribadi yang “green transportation”.
“Kita harus mengembangkan green transportation baik dengan green fuel ataupun dengan green vehicles, mobil listrik misalnya, itu yang harus dikembangkan,” ucapnya.
Informasi saja, data Badan Pusat Statistik (BPS) mancatat, pada Maret 2014 terjadi kenaikan impor migas sebesar 15,83 persen, yang didominasi oleh impor minyak mentah, dan impor hasil minyak. Data BPS menyebutkan, pada Februari 2014 impor migas Indonesia sebesar 3,46 miliar dollar AS. Sedangkan, pada Maret 2014 impor migas merangsek naik manjadi 4,1 miliar dollar AS.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.