Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Mega Syariah Terseret Kasus Investasi Emas?

Kompas.com - 08/05/2014, 08:21 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Kasus money game berkedok investasi emas Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) dan Gold Bullion Indonesia (GBI) merembet kemana-mana. Tak cuma menyeret Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menerbitkan sertifikat syariah untuk GTIS dan GBI, Bank Mega Syariah pun diduga terlibat dalam pusaran kasus investasi emas bodong itu.

Jejak Mega Syariah terekam di empat kantor cabang di Jawa Tengah, yakni Mega Syariah Cabang Semarang, Ungaran, Kendal dan Karangayu. Menurut seorang nasabah, dia dibujuk oleh karyawan Mega Syariah, bernama Fresiyanto Novendi yang juga berperan sebagai agen marketing GTIS dan GBI.

Fresiyanto merayu nasabah agar mau membeli emas dengan skema fisik di GTIS dan GBI. Sebagai pemanis, Mega Syariah mengucurkan pembiayaan 60 persen dari harga pembelian emas GTIS dan GBI.

Emas itu kemudian digadai ke Mega Syariah dan nasabah mendapat uang gadai 60 persen untuk kembali membeli emas di GTIS dan GBI, kemudian digadai lagi ke bank milik pengusaha Chairul Tanjung ini. Dengan cara itu, keuntungan yang mungkin didapat nasabah bisa berlipat ganda.

Rayuan ini membuat nasabah tergiur. Apalagi, seringkali dana talangan diberikan lebih dulu sebelum emas diterima Bank Mega Syariah.

Belakangan, masalah muncul ketika pembayaran bonus dari GTIS dan GBI macet. Saat jatuh tempo, nasabah tak bisa menebus emas, Mega Syariah lantas melelangnya. Hampir 100 persen dana hasil lelang dikuasai Mega Syariah. Sisa hasil lelang yang dikembalikan ke nasabah sangat kecil. Misalnya dari hasil lelang Rp 100 juta, nasabah hanya dapat Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.

Ia menuding, kerugian terjadi karena ada peran Mega Syariah. Menurutnya, di awal  kelahiran Gold Bullion Indonesia Syariah (GBIS), yang semula GBI, Mega Syariah Semarang memberikan fasilitas. "Tiga bulan pertama GBI Semarang belum punya kantor sendiri. Selama itu GBI bertransaksi di lantai 1 ruang rapat Bank Mega Syariah Semarang," kata si nasabah.

Nasabah juga menuding, praktik gadai emas di Mega Syariah melanggar aturan Bank Indonesia tentang batas gadai maksimal Rp 250 juta untuk setiap nasabah. Selama tahun 2011-2013, total nilai gadai emas nasabah itu di Mega Syariah mencapai belasan miliar rupiah.

Agar tak terkena aturan batas maksimal gadai, Mega Syariah diduga mengakali, dengan memecah kepemilikan dengan memalsukan identitas nasabah. Nasabah baru mengetahui hal ini ketika meminta semua fotokopi arsip surat gadai ke Mega Syariah.

Kasus ini telah dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional IV Semarang dan Polda Jawa Tengah. Kepala Bidang Humas Polda Jateng, Kombes Pol Alloysius Liliek Darmanto, bilang kasus ini telah ditangani Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng sejak 23 November 2013.

Tapi pada 24 April 2014, proses hukumnya dilimpahkan ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jateng. Sebab, kasus ini termasuk tindak pindana khusus bidang ekonomi. "Kasus masih dalam penyelidikan dan pendalaman oleh serse khusus," kata Liliek.

Informasi yang diperoleh KONTAN, pada pekan ketiga Mei 2014, polisi akan memanggil pihak terkait, termasuk Mega Syariah Semarang. Kasus ini menimpa beberapa nasabah. Mereka berharap polisi bisa mengungkap kasus ini.

Saat dikonfirmasi, manajemen Mega Syariah membantah keterlibatannya. "Intinya kami tidak ada kaitannya dengan mereka (GTIS dan GBI)," kata Eko Sukapti, Direktur Bisnis Mega Syariah, seperti dikutip KONTAN, Rabu (7/5/2014).

OJK juga siap bergerak. "Kami akan panggil bank, jika melampaui ketentuan per nasabah maksimal Rp 250 juta," Edy Setiadi, Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK. (Tedy Gumilar, Nina Dwiantika, Issa Almawadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com