Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menilai penundaan rencana akuisisi Bank BTN ini juga berdampak buruk bagi prospek bank BTN kedepan. Risiko likuiditas dan kredit BTN semakin memburuk, dan ini tidak positif bagi investor saham.
Banyak investor yang melepas sahamnya di pasar, sehingga harga saham BTN kembali jatuh ke level Rp 1.090 per saham. Padahal ketika Meneg BUMN Dahlan Iskan mengumumkan rencana konsolidasi Bank Mandiri-BTN, saham BTN sempat melesat ke level Rp 1.525 per saham (17/4). Artinya sebulan terakhir saham BTN terpuruk hingga 40 persen.
"Problem yang dihadapi BTN seharusnya dapat diselesaikan jika mereka melakukan konsolidasi dengan Mandiri. Tetapi akibat rencana ini ditunda, kondisi BTN menjadi tidak pasti. Ini yang perlu disayangkan, mengingat rencana meneg BUMN itu sangat positif," ujar Satrio dalam keterangan resminya, Kamis (8/5/2014).
Sementara itu, pengamat pasar modal Edwin Sinaga menambahkan, inefisiensi menjadi salah satu problem yang dihadapi oleh BTN. Menurut dia, sistem kerja di BTN tidak mampu mengkapitalisasi aset karyawan untuk meraih keuntungan secara maksimal.
"Kondisi ini menunjukkan BTN tidak akan mampu memperbesar pembiayaan jika tak dilakukan penambahan modal. Melalui sinergi dengan Bank Mandiri seharusnya BTN bisa lebih besar dan sehat untuk membiayai sektor perumahan yang menjadi fokus bisnisnya," ujar Edwin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.