Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, hal itu kemungkinan bisa terjadi, meskipun pada kuartal I-2014 defisit transaksi berjalan diprediksi sebesar 2,06 persen dari produk domestik bruto (PDB), atau menurun jika dibandingkan pada kuartal IV 2013 sebesar 2,12 persen dari PDB.
"Penurunan defisit transaksi berjalan dipengaruhi kontraksi impor nonmigas sejalan dengan moderasi pertumbuhan ekonomi, meskipun ekspor juga mencatat kontraksi. Perbaikan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi penurunan defisit neraca jasa, khsusunya jasa pengangkutan sejalan dengan penurunan kegiatan impor," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo, Kamis (8/5/2014).
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan tekanan pada defisit transaksi berjalan masih ada. Salah satunya adalah kinerja ekspor yang tidak sekuat yang telah diperkirakan bank sentral.
"Meskipun untuk kuartal I secara nominal sedikit hampir sama dengan kuartal IV 2013. Terakhir itu kan 4,3 miliar dollar AS, sekarang 4,1 miliar dollar AS defisitnya. Tapi nominal PDB-nya turun, ini cuma sekedar statistik. Tapi risiko masih ada," ujar Perry.
Risiko yang dimaksud adalah perlambatan ekonomi dunia, ekspor komoditas yang menurun, dan peneraban UU Minerba. Namun demikian, lanjut Perry, BI akan senantiasa melakukan kebijakan agar defisit transaksi berjalan tetap dapat ditekan di bawah 3 persen dari PDB. "Puncak kenaikan defisitnya ada di kuartal II," ucap Perry.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.