Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JKnomics, Paradigma Berani Membuka Pintu Kesempatan

Kompas.com - 15/05/2014, 14:58 WIB

                               Rhenald Kasali
                              @Rhenald_Kasali


Anda mungkin masih ingat quotes dari Alexander Graham Bell, bunyinya begini, “Where one door closes, another opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which has opened for us.”

Artinya lebih kurang begini, “Kita ini selalu saja mempersoalkan kesulitan (rintangan, satu pintu yang menghalangi kita, dan tertutup). Padahal, ketika satu pintu tertutup, ada banyak pintu-pintu lain yang masih terbuka. Ada banyak jalan yang bisa kita tempuh.”

Begitulah gambaran Indonesia dewasa ini. Banyak kesempatan tak bisa dilihat karena mereka hanya menunggu dan mengumpat di depan pintu yang tiba-tiba tertutup. Bagi mereka, selalu saja ada jawabnya. Kira-kira beginilah jawaban mereka:

“Maaf itu bukan area saya.”

“Anggaran tidak ada/belum turun.”

“Saya mau, tetapi menteri yang lain tidak mau menjalankan.”

“Pemimpinnya tidak ada.”

“Ini melanggar aturan.” Atau, “Ini sesuai dengan aturannya, yaitu tidak boleh!”

“Saya tak punya wewenang.”

“Koordinasinya panjang.” Dan seterusnya.

Itulah kalimat yang biasa kita dengar beberapa tahun belakangan ini, baik di pemerintahan maupun perusahaan. Indonesia sesungguhnya bukan miskin entrepreneur, tetapi miskin entrepreneurship. Kalau jumlah pelaku di sektor informal, menurut Kementerian UMKM dan Koperasi, sudah mencapai lebih dari 57,5 juta, artinya apa kalau bukan meledaknya minat berwirausaha?

Tetapi maaf, banyaknya kalimat yang diungkapkan yang seakan menunjukkan negeri ini payah dan lebih menekankan pada masalah, sesungguhnya cerminan dari miskinnya entrepreneurship: daya dobrak, daya tembus, dan kegigihan membuka pintu.

JKnomics

Beberapa tahun yang silam kita pernah mendiskusikan mantan wakil presiden dari Indonesia timur: Jusuf Kalla. Kita terkaget-kaget, betapa banyak pintu tertutup bisa dibuka begitu cepat oleh JK. Beberapa wartawan menyebut itu sebagai JKnomics. Namun, karena belum terbiasa melihat aksi entrepreneurship dalam panggung pemerintahan, cara yang ditempuh JK sering disambut dengan kebingungan. Bahkan ada yang khawatir akan diselewengkan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com