Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks Dow Cetak Rekor Tertinggi Ke-7 Tahun Ini

Kompas.com - 03/06/2014, 07:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
 — Saham-saham di bursa Amerika Serikat pada Senin (2/6/2014) waktu setempat ditutup umumnya menguat dengan indeks S&P 500 serta Dow Jones ditutup pada level tertinggi.

Indeks utama sempat melemah pada awal perdagangan setelah ISM melaporkan data yang salah mengenai indeks manufaktur. Saham-saham berbalik menguat pada sore setelah data manufaktur yang benar menunjukkan pabrik-pabrik tumbuh lebih cepat tahun ini.

Indeks S&P 500 ditutup naik 1,40 poin (0,1 persen) pada 1.924,97, sekaligus level tertinggi untuk ke-15 kalinya. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average menguat 26,46 poin (0,2 persen) ke posisi 16.743,63. Level ini merupakan rekor baru untuk ketujuh kalinya dalam tahun ini.

Sementara itu, indeks komposit Nasdaq berakhir melemah 5,42 poin (0,1 persen) pada 4.237,20.

"Ekonomi sedang meningkat, tetapi tidak secepat seperti yang diharapkan investor," kata Chris Gaffney, senior market strategist di EverBank Wealt Management.

Manufaktur Amerika tumbuh pada Mei pada tingkat tercepat 2014, ketika hampir semua sektor utama meningkat, menurut indeks yang telah dikoreksi pada Senin.

ISM merevisi indeks utama aktivitas manufaktur menjadi 55,4 pada Mei dari 54,9 pada April.

Laporan yang salah sebelumnya menyebut indeks manufaktur AS pada Mei 53,2, mendorong saham-saham melemah dan sejumlah ekonom mempertanyakan angka itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com