Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermodal Rp 800.000, Pemuda Ini Kini Raup Omzet Rp 800 Juta

Kompas.com - 14/06/2014, 19:05 WIB

David pun sempat bingung ketika kualitas Dry Bag-nya semakin menurun. Dia tak ingin mengecewakan para distributor dan konsumennya. Lantas, dengan pinjaman modal dari sang ayah, sebesar Rp 20 juta, David memutuskan untuk membuat workshop sendiri. Rumah sang orangtua di Cinere disulapnya menjadi workshop, sekaligus kantor.

Beruntung, seorang penjahit berpengalaman mau bergabung dalam workshop David. Alhasil, David tak menemui kesulitan di saat-saat awal merintis produksi tas sendiri pada Januari 2012. Dia pun kembali kembali fokus memperluas penjualan dan pengembangan usahanya.

Tak terbatas dengan bahan dry denim, David juga mulai merambah bahan jeans japan dan cordura. Model tas pun terus berkembang. Kini, dia juga membuat tas slempang dan tas ransel berkapasitas besar untuk kebutuhan traveling.  

Bukan hanya tas, David yang kian lincah berbisnis ini juga mengendus peluang untuk menjual sepatu. Sejak pertengahan 2012, dia mulai berbisnis sepatu kulit dengan merek SuedeShoe. Namun, dia hanya mengincar konsumen pria untuk produk alas kaki ini. “Karena, perempuan lebih pandai berbelanja,” celetuk dia beralasan.

Produk berkualitas dan harga yang pas menjadi senjatanya untuk bergerilya merebut pasar. Khususnya, dalam soal harga, David mengaku, pertimbangannya harus benar-benar matang. “Itu salah satu kunci merebut pasar,” ujar dia. Karena itu, meski berbahan kulit asli, banderol sepatunya hanya berkisar Rp 200.000-an.

Seiring dengan perkembangan bisnisnya, David juga kembali menjalin kerjasama dengan pemasok.  Bahkan, hampir 80% produknya dipesan dari para supplier-nya, sehingga dia tetap bisa berkonsentrasi dalam pemasaran. David ingin mengembangkan pasarnya hingga ke luar negeri.  Itu sebabnya, selain penjualan lewat reseller dan distributor, dia rajin menggarap media-media penjualan online. Produknya pun terpampang di sejumlah gerai online, semacam Lazada dan Kaskus.

Tak heran, setelah tiga tahun menjadi pengusaha, salah satu pemenang lomba pengusaha  muda yang diadakan salah satu bank ini mampu mendulang omzet berkisar Rp 800 juta sepanjang 2013 lalu.           

Modal irit

Membagi waktu antara  kuliah dan bekerja bukan perkara yang mudah. Apalagi, jika itu harus dilakukan di masa muda, saat seseorang cenderung menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama teman-temannya.

David Yuwono, yang merintis bisnisnya sejak semester tiga duduk di bangku kuliah, pun harus merelakan sebagian waktunya untuk bermain bersama teman. Sebab, dia harus pandai membagi waktu, supaya bisa menjalankan bisnis sembari menyelesaikan kuliah.

David pun bercerita, dulu, dia kerap mengorbankan waktu bermain bersama teman-teman. “Kalau istirahat, saya jalan kaki, mengambil pesanan tas ke penjahit yang kebetulan tak jauh dari kampus,” ujar dia.

Dia memilih mengorbankan waktu bermain, karena tetap ingin menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Nyatanya, David lulus tepat waktu, yakni empat tahun, dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,09. “Saya juga tak pernah mengulang mata kuliah,” ujar dia.

Selain memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan menjalani usaha sewaktu kuliah, David juga lebih menghargai nilai uang. Sebab, dengan menghasilkan uang sendiri, dia sadar sulitnya mencari uang. “Dorongan saya untuk punya penghasilan sendiri juga karena terlintas pikiran jika sudah tidak ada orangtua yang menopang hidup saya,” kata dia.

David enggan menggelontorkan banyak uang untuk memodali bisnisnya. Ia memegang teguh prinsip: sebisa mungkin mengeluarkan modal bernilai kecil, bila perlu nol rupiah. “Kalau perlu modal dengkul, seandainya jatuh tidak sakit. Tapi, dengan modal sedikit dan perusahaan bangkit, itulah yang sulit,” ujar  dia.

Lantaran itu pula, David tidak pernah berhenti belajar. Setiap terjun ke bisnis baru merupakan tahap pembelajaran baginya. “Enggak perlu takut jika produk awalnya kurang bagus.  Jika tekun, pasti akan memperoleh hasil lebih baik,” kata dia.

Dia belajar untuk membuat gerai penjualan online sendiri. “Dengan membuat sendiri, akan lebih fleksibel untuk menambah produk-produk baru,” kata David yang membuat sendiri lapak situs mobile-nya: m.newtasdry-denim.com. (J. Ani Kristanti)   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com