Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grup Bakrie Berupaya Menghindari Gagal Bayar Lagi

Kompas.com - 20/06/2014, 10:24 WIB


SINGAPURA, KOMPAS.com -
Grup Bakrie saat ini tengah mencoba untuk menghindari gagal bayar (default) ke tiga atas utang perusahaannya dalam 16 bulan terakhir.

Kali ini, default utang membayangi PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Pasalnya, perusahaan batubara ini membutuhkan setidaknya tiga perempat suara dari pertemuan pemegang obligasi (bonholder) siang ini (20/6/2014) di Singapura.

Berdasarkan memorandum yang dikirim kepada investor, pada Rapat Pemegang Obligasi tersebut, BUMI akan meminta persetujuan pemegang obligasi untuk memperpanjang convertible bonds yang jatuh tempo pada Agustus selama tujuh tahun ke depan. Sebelumnya, BUMI gagal membayar kupon pada 5 Juni lalu.

Dalam memorandum tersebut ditulis bahwa BUMI mengajukan perpanjangan jatuh tempo obligasi berkupon 9,25 persen itu menjadi Juli 2021. Selain itu, BUMI juga mengajukan untuk mengurangi kupon tahunan menjadi 7 persen dan mengubah harga konversi menjadi Rp 750 (0,06 dollar AS) dari sebelumnya Rp 3.366,9.

"Kasus BUMI tidak meyakinkan investor dan tidak membantu memperbaiki imej Indonesia di mata internasional," jelas Tobias Bettkober, investment adviser Holinger Asset Management AG di Zurich kepada Bloomberg.

Memang, belakangan, bisnis yang dijalankan BUMI terpukul oleh anjloknya harga batubara dan kenaikan suku bunga.

Jika BUMI mengalami default, maka hal itu akan menambah panjang daftar perusahaan Indonesia yang gagal membayar utangnya menjadi tujuh perusahaan. Termasuk di dalamnya PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Bakrieland Development Tbk yang gagal membayar utang obligasi mereka senilai 1,53 miliar dollar AS sejak 2008.

Sementara itu, Dileep Srivastava, Direktur BUMI mengatakan, isu mengenai keuangan BUMI berkaitan dengan lemahnya sentimen pada sektor batubara, rendahnya harga batubara, kenaikan harga BBM, dan kian menipisnya margin. (Barratut Taqiyyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com