Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Cipaganti dan Ambisi Bisnis Andianto Setiabudi

Kompas.com - 24/06/2014, 13:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum kasus gagal bayar Koperasi Cipaganti meletup, Andianto Setiabudi banyak memberi inspirasi kepada pengusaha mengenai usahanya membangun kerajaan bisnis Grup Cipaganti.

Mengawali bisnis jual-beli mobil, Andianto Setiabudi lambat laun merambah sektor-sektor lain seperti transportasi, properti, pertambangan, alat berat. Bahkan terakhir, dia ingin mengembangkan usaha maskapai penerbangan.

Cipaganti akhirnya menjelma menjadi korporasi besar, dengan sektor bisnis yang beragam. Perusahaan ini terus berambisi untuk membesarkan bisnisnya di berbagai ranah.

Namun yang perlu dicatat, untuk mengembangkan bisnis tersebut, Andianto melakukan penghimpunan dana masyarakat melalui Koperasi Cipaganti. Modal minimal yang harus diserahkan sebesar Rp 100 juta, dan investor diiming-imingi imbal hasil sebesar 1,4 -1,9 persen per bulan. Bahkan, ada beberapa investor yang ditawari imbal hasil di atas 2 persen per bulan.

Beberapa waktu belakangan, pembayaran imbal hasil tak berjalan mulus, hingga akhirnya investor merasa ditipu oleh pemilik Grup Cipaganti, Andianto Setiabudi.

Pengamat pasar modal Yanuar Rizky mengungkapkan, kasus yang terjadi pada Cipaganti sebenarnya terjadi missmatch keuangan, sehingga imbal hasil investor tidak bisa dibayar lancar.

Akan tetapi lebih dari itu, kasus Cipaganti merupakan akibat dari kecenderungan pengusaha untuk selalu ingin berkembang. Sehingga, mereka tidak bisa melihat dengan cermat sektor yang dimasuki masih menguntungkan ataukah tidak.

"Seperti Cipaganti, terlanjur menghimpun dana masyarakat dan uangnya diputar ke sektor pertambangan. Cipaganti masuk ke pertambangan saat harga sedang tinggi-tingginya, kemudian harga komoditas batu bara anjlok," ujarnya, Selasa (24/6/2014).

Menurut Yanuar, kasus yang menimpa bos Cipaganti bisa menjadi pelajaran bagi pengusaha, bahwa mendorong bisnis menjadi besar memang diperlukan, akan tetapi ada kalanya harus menahan diri.

"Istilahnya, jangan serakah dalam berbisnis. Seperti di kasus Cipaganti, pemilik perusahaan ingin terus menerus menggenjot bisnisnya, dan tidak menyadari bahwa ternyata bisnis yang dimasukinya sedang dalam tren menurun," jelasnya.
(baca juga: Cipaganti Tegaskan "Bos"-nya Ditahan karena Kasus Koperasi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com