"Ada kenaikan peredaran uang, utamanya ada gaji ke-13 (PNS dan anggota TNI serta Polri), liburan anak sekolah, libur Lebaran, dan Ramadhan. Ini menyebabkan pertambahan uang beredar dan memungkinkan beredarnya uang palsu," kata Lambok di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Lebih lanjut, Lambok menjelaskan, berdasarkan data bank sentral, dari jumlah 1 juta lembar uang tunai, sebanyak 4 lembar merupakan uang palsu. Sehingga, pihaknya mengimbau agar masyarakat senantiasa berhati-hati dalam bertransaksi dengan menggunakan uang tunai.
Adapun pecahan uang yang paling banyak dipalsukan adalah yang sering ditarik masyarakat melalui mesin ATM, yakni pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000.
"Masyarakat hati-hati, jangan lengah, harus mengecek ciri-ciri (uang asli). Dilihat, diraba, diterawang. Masyarakat juga harus memperlakukan rupiah dengan baik. Jangan ditaruh di tempat lembab, ditulis, dan di-staples," ujar dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.