KOMPAS.com - Bisakah Sastrawan membantu kita memotret perubahan? inilah ceritanya. Minggu lalu, Budi Karya Sumadi, CEO PT Jakpro meluncurkan logo baru BUMD ini. Budi, yang dulu dikenal sukses memimpin Ancol, melakukannya di tepi Waduk Pluit bersama Plt Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan warga yang masih tinggal di sisi waduk. Saya dibekali sebuah buku yang mengubah pandangan saya tentang pentingnya karya sastra dalam perubahan.
Bagi Budi, pergantian logo perlu untuk mengirim sinyal bahwa cara-cara lama sudah tidak relevan lagi. Ahok, lebih agresif lagi. “Jakpro kita jadikan Temasek-nya Indonesia,” ujarnya.
Bersama Jokowi, mereka seperti melihat jendela dari kumuhnya dinding-dinding birokrasi yang dipelihara berbagai kepentingan. Harap maklum, untuk menciptakan perubahan di Waduk Pluit, praktis sedikit sekali peran birokrasi dan APBD. Hampir semua dikerjakan oleh Jakpro, dan selesai tepat waktu.
Leadership-Entrepreneurship
Lantas dimana kuncinya? Leadership plus entrepreneurship. Kepemimpinan duo Jokowi-Ahok yang tegas, berani dan detail. Tak mudah dikerjai bawahan dan gesit memeriksa kebenaran sampai ke ujung-ujung jalan. Nah entrepreneurship membantu mereka melihat “celah” jalan keluar.
Kelak siapapun pemimpinnya, Indonesia perlu dua hal itu. Sebab reformasi birokrasi butuh waktu panjang. Aturan-aturan hukum terlalu banyak jebakannya. Dan kalau dipimpin dengan jalan pintas-asal tebas, rakyat bakal menderita.
Simaklah asal kata “Cour” dalam Courage (berani), yang berarti “heart” (penuh cinta). Kepemimpinan itu intinya adalah kepedulian dan belas kasih pada yang tertindas.
Kini kita bisa tersenyum duduk di tepi waduk yang dulu mempertontonkan wajah ibukota yang tak pernah diurus itu. Potret lama itu pernah ditayangkan televisi Belanda, membuat geleng-geleng kepala. Bagaimana pemerintah mendiamkan warganya tinggal di dalam waduk, 2,8 meter di bawah permukaan laut.
Tempat tinggal pun hanya 3x4 meter. Memindahkan mereka? Warga melawan. Bukankah sudah biasa Pemda menggusur demi berdirinya bangunan-bangunan megah? Itu cerita biasa di DKI, fasilitas-fasilitas umum diubah oknum menjadi bangunan mewah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.